Maaf

Pembaca yang budiman!
Kebiasaan sebuah media yang baru terbit adalah tidak pernah mampu untuk konsisten tentang tanggal kepastian terbitnya. Meski sudah mencoba berkali-kali untuk konsisten selalu saja tak pernah tercapai. Faktornya bisa bermacam-macam, seperti jaringan berita di daerah yang tidak lancar, wartawan lapangan yang masih sedikit, serta sumber daya yang masih kurang.

Kami maklum, jika pembaca setia terus bertanya-tanya: kapan SUWA terbit, kenapa SUWA belum beredar? Dan banyak lagi. Bagi kami, itulah bentuk kepedulian pembaca terhadap media ini. Tak pernah berhenti Handphone pengelola SUWA berdering, dan bertanya tentang keterlambatan terbit SUWA.

Memang, dalam beberapa minggu ini, kami kru Tabloid SUWA selalu saja sibuk, ada yang ke Malaysia, seperti Muhammad MTA dan Faisal Ramadhan, yang diundang oleh oleh sebuah LSM di Malaysia, kemudian ada M. Rizal Falevi ke Jakarta memenuhi undangan wawancara pembuatan profil Tgk Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar oleh Metro TV. Sementara Sumadi, harus pulang ke Lhokseumawe, karena orang tuanya sedang koma di Rumah Sakit Kota Lhokseumawe.

Untuk sebuah media yang mencoba menjadi media professional, hal-hal itu seperti itu tak pantas dijadikan alas an. Tapi itulah kami. Kami hanyalah anak-anak muda yang mencoba memberikan yang terbaik untuk rakyat Aceh. Karena itu, kami mengharapkan pengertian dari pembaca, bahwa keterlambatan kami terbit sama sekali tidak kami sengaja, tapi kondisilah yang membuat kami terbit tak sesuai rencana semula.

Meski demikian, bukan berarti kami tidak mengutamakan mutu berita. Karena bagi kami, mutu berita tetaplah nomor satu. Karena itu, berbagai perombakan dan pembenahan dalam pemberitaan SUWA terus dilakukan. Mulai edisi ini, kami menambah beberapa rubric baru seperti Sejarah Aceh dan Teknologi Terapan. Untuk rubrik sejarah Aceh, kami mencoba memuat kembali berbagai tulisan Wali Neugara yang pernah menjadi bacaan yang dilarang semasa Aceh dibalut konflik.

Bagi kami, pemuatan kembali berbagai tulisan Wali Neugara Hasan Tiro penting dilakukan, di samping untuk menambah pengetahuan tentang sejarah Aceh dari perspektif lain juga untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pemikiran dan juga pandangannya tentang masa depan Aceh. Kami paham, mungkin ada sebagian besar pembaca sudah membaca berbagai tulisan dan ceramah Proklamator Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ini, khususnya para anggota Tentara Neugara Aceh (TNA), di mana tulisan dan ceramah Wali menjadi santapan wajib mereka saat latihan maupun saat pemantapan ideologi perjuangan.

Jadi sekali lagi, pemuatan kembali tulisan dan ceramah Wali Neugara sama sekali tak ada interest politik tertentu. Toh, sekarang Aceh sudah damai dan MoU Helsinki sudah ditandatangani. Kebebasan untuk mendapatkan informasi tentu saja harus dibuka apalagi tentang pemikiran tokoh yang banyak berhubungan dengan sejarah Aceh.

Edisi ini, Tabloid SUWA juga membuka rubrik Teknologi, di mana nantinya melalui rubrik ini pembaca atau siapa saja dapat mengembangkan dan mencoba tips yang dalam rubrik ini. Semoga saja rubrik ini dapat memberikan manfaat yang besar untuk masyarakat khususnya para korban tsunami dan juga konflik Aceh.

Terakhir, kami ingin menyampaikan selamat membaca. Segala saran dan juga kritikan dari pembaca sangat kami harapkan, toh, jika tak ada pembaca kami sama sekali tak berdaya. Karena itu, kami selalu mencoba untuk memanjakan pembaca setia. (fiek)

Post a Comment

Previous Post Next Post