Takut

Saya begitu terkejut, saat tahu banyak kawan-kawan yang sebelumnya tidak begitu peduli dengan Koran, tiba-tiba sangat antusias menyimak isi Koran. Rupanya, dia cuma melihat iklan tender. Ya…dalam hari-hari mendatang, akan sangat banyak orang yang membaca Koran, tapi bukan beritanya melainkan pengumuman tender. “Pue korannyoe ka mulai dipubloe iklan? Tiep-tiep halaman nyang talop, nyang dueh sjit iklan tender,” gerutu Apa Suman di sebuah warung kopi di kampung saya.

Ternyata, apa yang dikeluhkan Apa Suman kebalikan dengan kenyataan yang saya lihat di Banda Aceh, atau di kota-kota besar lainnya di Aceh. Di sini, orang tidak membaca berita, melainkan melihat iklan tender. Mereka marah jika di Koran tersebut tidak memuat iklan tender. Jika ada proyek yang jumlah anggarannya besar, langsung dikasih tanda. Malah, Koran di warung kopi pun banyak yang raib sekarang, tak tahu siapa yang ambil.

“That geulet catok, ban-ban bungoh ka gadoh Koran. Rugoe tajep kupi pancong bak warong nyoe, meu Koran han tatumueng baca,” ujar seorang pemuda, mungkin seorang mahasiswa.

Sudah trend di Aceh, orang membeli Koran bukan lagi menyimak beritanya, melainkan apakah di Koran tersebut ada iklan tender atau tidak. “Han ek ta langganan Koran awak droe, karena hana iklan tender,” begitu jawab seorang kawan ketika saya mengusulkan agar dia juga berlangganan Koran tempat saya bekerja.

Saya hanya bisa mengangguk-angguk saja. “Jadi, orang sekarang tidak butuh lagi berita. Mereka lebih butuh iklan tender,” omel saya dalam hati. Tapi, saya tetap senang, karena semangat orang Aceh untuk kaya semakin tinggi sekarang. Artinya, mereka ingin hidup seperti orang di luar negeri, yang kesejahteraannya sudah terjamin.

Saya juga mendengar, karena keinginan untuk menjadi—meminjam istilah Otto Syamsuddin Ishak—kelas menengah baru, mereka mau berbuat apa saja, termasuk melabrak kepala dinas. Mereka sama sekali tidak takut akan berurusan dengan hukum. Jika ada kawan yang duluan mengklaim “ini proyek saya” juga akan dilawannya, termasuk berhadapan dengan mantan pimpinannya ketika berjuang dulu.

“Kamoe hana meucok surat malaikat lom. Kamoe na makan-minum,” demikian jawabnya saat kita tanya kenapa begitu ngotot ingin mendapatkan proyek tersebut. Menurutnya, jika malaikat tidak makan-minum, sementara manusia pasti ada.

Sikap berani mereka patut diacungi jempol. Mereka sama sekali tidak takut apa yang akan terjadi, dan ingin menguji kebenaran petuah pakar motivasi, Robert T Kiyosaki: Salah satu alasan utama mengapa manusia tidak kaya adalah rasa takut mereka terhadap apa yang belum terjadi.(HA 290508)

Post a Comment

Previous Post Next Post