Fanatisme

Orang Aceh benar-benar gila bola. Hampir di semua warung kopi sekarang memasang layar tancap, agar menarik minat masyarakat menonton bola. Pemilik warung kopi tentu saja untung, karena berjubel warga menonton. Datang musim bola, seperti pesta untuk pengusaha warung kopi. Tapi, meski masyarakat sangat gila bola, pihak pengusaha warung kopi tidak ikut-ikut gila dengan menaikkan harga segelas kopi, melainkan pelayanan yang diusahakan sebagus mungkin, sehingga warungnya jadi tempat favorit.


Ternyata antusiasme masyarakat Aceh menonton bola, tak jauh berbeda dengan yang terjadi di Eropa. Di Belanda dan Portugal, misalnya, tayangan piala Eropa mendapatkan share penonton 80 persen. Hal yang sama juga terjadi di Negara-negara lain, khususnya yang timnya lolos ke perhelatan 4 tahunan tersebut. Seperti dikutip situs detiksport, pihak UEFA mengaku puas dengan antusiasme masyarakat yang menonton bola.

Mungkin pihak UEFA akan terkejut jika mengetahui masyarakat Aceh juga menggilai bola. Karena dari kota sampai Gampong, warung kopi selalu penuh. Tak peduli tua, muda, semua rela memelototi TV sampai larut malam. Karena, sepertinya inilah fanatisme yang tidak bisa ditandingi oleh hal apapun. Bola benar-benar mengglobal.

Jangan tanya, tentang klub favorit yang didukung oleh masyarakat Aceh. Karena soal yang satu ini, orang Aceh dijamin punya pendapat beragam. Orang Aceh sangat demokratis, dan punya tim favorit masing-masing. Sangat beragam. Tak ada tim yang didukung mayoritas orang Aceh.

Dalam mendukung, orang Aceh juga tidak fanatik buta atau taklid buta. Karena dalam mendukung sebuah tim, orang Aceh punya alasan, yang kadangkala membuat kita geli mendengarnya. Misal, ada orang Aceh mendukung tim Perancis. Saat ditanya kenapa, dia langsung memberi alasan, “Perancis dulu menentang agresi AS ke Irak.”

Ada juga yang mendukung Turki. Hal itu bukan karena faktor Islam atau hubungan sejarah. “Saya mendukung Turki, karena benderanya hampir sama dengan bendera GAM,” ujar seorang kawan.

Tak sedikit juga yang mendukung tim Belanda. Saat ditanya kenapa, ada yang menjawab ‘kangen’ dengan masa penjajahan dulu, sebab ada kereta api. Ada juga yang menjawab, Belanda menyimpan arsip sejarah Aceh. Kalau kita tidak mendukung Belanda, arsip Aceh akan dihancurkan, dan kita kehilangan sejarah.

Banyak juga masyarakat Aceh mendukung tim Jerman, karena Jerman banyak membantu program rehab-rekons di Aceh. Malah, sebuah rumah sakit di Banda Aceh sedang dibangun oleh Pemerintah Jerman. Yang aneh dan mungkin karena fanatisme terhadap perjuangan GAM, ada orang Aceh mendukung tim Sweden. Saat ditanya kenapa, jawabnya: Wali Neugara Hasan Tiro tinggal di Sweden.

Jangan anggap tim Italia tidak ada pendukung di Aceh. Ada juga pendukung Italia di sini, karena Italia menawarkan permainan indah. Tapi, kita berharap jangan sampai ada orang Aceh mendukung tim Italia karena alasan Paus tinggal di sana (Roma). Nyan kabrat sange. (HA 120608)

Post a Comment

Previous Post Next Post