HP

HP yang saya maksud di sini bukanlah sebuah merek dagang, melainkan Handphone, sejenis alat komunikasi yang menggunakan sinyal. Hampir sebagian besar manusia sekarang menggunakan Hp sebagai alat berkomunikasi. Hp tak lagi merupakan barang mewah yang sulit dijangkau, karena anak SD juga sudah memilikinya.


Malah, sekarang fungsi Hp tak lagi sekedar alat untuk menelepon atau SMS, melainkan juga berfungsi sebagai kamera, mendengar musik, atau alat untuk mencatat pesan-pesan penting. Tak jarang juga digunakan sebagai alat menonton film biru (BF), yang banyak beredar itu. Ada juga yang iseng merekam sendiri adegan porno di Hp-nya.

Pokoknya, alat tersebut sudah menjadi semacam kebutuhan akan tuntutan hidup modern. Tak memiliki Hp dianggap kuno, kampungan atau belum pantas hidup di dunia yang serba modern ini. Hanya saja sekarang, merek atau modelnya yang menunjukkan seseorang berkelas atau tidak. Dulu, misalnya, semua pejabat sangat bangga memiliki Nokia 9500, meski fasilitas yang digunakan hanya untuk SMS dan menelepon.

Tapi sekarang, para pejabat, atau yang ingin tampil prestise, sudah cukup bangga punya Nokia E90. Sepertinya, jika belum memiliki Hp merek tersebut belum layak disebut berkelas atau punya koneksi bisnis yang luas. Aneh-aneh saja orang sekarang.

Namun, yang ingin saya sampaikan bukan itu. Hp diakui atau tidak sudah membuat silaturrahmi (secara fisik) berkurang. Tak jarang, dengan Hp juga membuat orang semakin mudah berbohong, atau menyembunyikan kebohongan. Misal, ada seorang wartawan yang ingin mengonfirmasi tentang suatu kasus penyelewengan, karena kasus tersebut layak diketahui oleh masyarakat, tetapi si pelaku dengan enteng mematikan Hp, atau mengaku sedang tidak berada di tempat.

Meski sebenarnya, orang tersebut tidak kemana-mana, tetapi siapa yang bisa memastikan tempat yang dia sebutkan benar atau tidak? Misalnya saja, saat kita telp, dia mengaku sedang berada di Medan, Jakarta atau di kota-kota besar lainnya, tapi apakah ucapannya benar? Bisa saja dia sedang berada di salah satu kota di Aceh, atau malah di kantor. Jika kita tidak bisa memastikan atau menangkap tangan, maka dia sudah berbohong.

Makanya, Hp juga berfungsi sebagai alat untuk berbohong. Ada juga si suami yang selingkuh, tetapi Hp-nya tidak boleh dipegang oleh isterinya, atau isterinya mengetahui isi Hp suaminya. Karena, jika diketahui sebuah hubungan keluarga bisa hancur. Jika pun ada SMS masuk, dan kebetulan si isteri melihatnya, si suami dengan gampang mengatakan, “ah…itu rekan bisnis papa,” meski sebenarnya adalah SMS dari selingkuhannya.

Selain itu, dengan berbicara melalui Hp, lebih bisa menyembunyikan kebohongan, karena saat menyampaikan sesuatu, kita tidak bisa memastikan bahwa ucapannya berbohong atau tidak, karena kita tidak bisa melihat mimik wajahnya. Sementara kalau berbicara langsung, dari kedip atau gerak matanya kita bisa tahu, bahwa dia berkata benar atau tidak. Tak hanya itu, dengan berbicara lewat Hp, seseorang dengan gampang mengatakan tidak tahu. Padahal, jika berhadapan langsung, bisa jadi dari jawabannya, kita bisa mempertanyakan lagi, dan tak bisa dipotong, sementara jika lewat Hp bisa langsung dimatikan. Kiban? (HA 180608)

Post a Comment

Previous Post Next Post