Inspirasi

Seorang teman meminjamkan sebuah buku bagus untuk saya. Judulnya menyentuh dan teduh, The Art of Worldly Wisdom, yang kalau diterjemahkan berarti: Titian Kebijakan Duniawi. Buku tersebut diterbitkan oleh Terawang Press.


Dalam buku ini, berisi pepatah-pepatah bijak (si penulis buku menyebutnya dengan inspirasi), yang disesuaikan dengan tanggal setiap bulannya, selama setahun. Per tanggal, memiliki pepatah tersendiri yang berbeda dengan pepatah per tanggal di bulan lain. Sekilas, pepatah yang terdapat di buku ini mirip dengan isi ramalan bintang.

Di antara pepatah yang ada, saya tertarik dengan satu pepatah yang berbunyi, Free yourself from common foolishness. Karena pepatah ini berisi ajakan untuk berkembang, bagi siapa saja, kaya-miskin, pintar-bodoh, orang biasa sampai untuk orang terkenal sekalipun. Ajakannya biasa saja, tetapi punya pengaruh luar biasa: Free yourself common foolishness (Bebaskan diri dari kebodohan khalayak).

Inspirasi atau pepatah yang terdapat dalam buku ini, sangatlah bagus untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, karena ditulis oleh seorang bijak pencinta ketenangan. Tak sembarang orang bisa mengamalkan pepatah di buku ini. Untuk mengamalkannya, orang tersebut haruslah punya pikiran dan jiwa yang sehat. Artinya, nasehat di buku ini tidak diperuntukkan bagi orang gila.

“Kebodohan didukung oleh adat kebiasaan yang melembaga, dan orang-orang yang menentang penjajahan individu tak bisa menghindari arus orang banyak." Itu nasehat pertama. Pengaruh lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan seseorang. Demikian juga, kita tidak bisa menghindari berhadapan dengan orang banyak ketika melakukan sesuatu termasuk saat melakukan perlawanan terhadap penjajahan. Karena pasti, banyak orang siap melawan kita.

Selain itu disebutkan pula, "orang berjiwa rendah tak akan bahagia dengan keberuntungannya sendiri sekalipun keberuntungan terbaik, atau tak pernah kecewa dengan keadaan kecerdasannya, sekalipun pada kondisi kecerdasan terburuk." Kondisi begini sering kita temui dalam kenyataan sehari-hari, di mana banyak orang tidak merasa bahagia meski kondisi saat itu sangat mendukung. Beginilah nasib orang yang tidak mampu menggunakan kesempatan.

Kita juga banyak menemui orang yang tidak senang melihat kesenangan orang lain, yang sekarang sering disebut dengan istilah SMS (susah melihat orang senang atau sebaliknya, senang melihat orang susah). Hal ini dipicu oleh "ketidakbahagiaan dengan kehidupannya sendiri menjadikan mereka iri hati terhadap kebahagiaan orang lain.”

Selain itu, “manusia sekarang memuji segala sesuatu yang berbau masa lalu, dan manusia suka memuji segala sesuatu yang jauh.” Bagi mereka, “masa lalu tampak lebih baik, dan apa-apa yang jauh lebih dihargai.” Saya percaya, kenyataan seperti ini yang menghipnotis rakyat Aceh puluhan tahun lalu, sehingga mereka lupa memproyeksi masa depan secara lebih baik. Padahal, masa lalu seharusnya tidak membuat kita terlena, melainkan bagaimana masa lalu itu kita jadikan sebagai cermin bagi kita melangkah ke depan.

Sementara, di akhir pepatah yang saya kutip di atas disebutkan, “Orang yang mentertawakan sesuatu sama bodohnya dengan orang yang merasa sedih karena sesuatu." Entahlah, apakah kita sekarang termasuk dalam golongan seperti ini atau tidak, saya sendiri tidak tahu. Mudah-mudahan tidak. (HA 040608)

Post a Comment

Previous Post Next Post