Sulet

Kata sulet, punya dua arti. Tergantung cara penggunaan kalimatnya. Ada yang mengartikan sulet bohong, dusta, suka menipu atau mengatakan sesuatu yang tidak benar. Sering juga diartikan dengan sukar, payah, sesuatu yang tidak mudah. Misalnya, pejabat nyan sulet, hanjuet pileh le ukue. Arti sulet di sini berarti suka bohong, tidak bisa dipercaya, suka menyia-nyiakan amanah. Sementara jika dalam kalimat berikut: Proyek nyan sulet untuk ta peu gol, berarti kata sulet di sini berarti sukar.


Tapi, jangan pernah untuk meu-sulet, karena sekali saja meu-sulet, sampe ditimoh neungkee mie tidak dipercaya. Jika sudah dicap sulet, selamanya orang tidak akan percaya lagi sama kita. Saking seriusnya perkara sulet, dalam agama pun mendapat porsi tersendiri, sampai Nabi pernah bersabda, al khizbu la ummati, orang yang berdusta itu bukan umat Nabi.

Nah, jangan suka bergaul dengan orang sulet. Karena tiep uroe geutanyoe akan dipasoe lam itoken. Jika ada yang tidak tahu apa arti itoken, tanya sama orang yang suka pakai sepatu. Itoken sama dengan kaus kaki. Tapi, jangan bayangkan itoken yang baru dibeli, melainkan itoken yang sudah sebulan tidak pernah disentuh air. Bisa dibayangkan bagaimana aroma baunya. Pasti menyengat.

Dalam masyarakat Aceh, orang sulet sering disamakan juga dengan orang paleh (orang jahat). Artinya, orang sulet itu bisa menimbulkan pengaruh luar biasa, termasuk mencelakakan orang lain. Pengalaman saat DOM, DM dan operasi-operasi militer lainnya di Aceh, banyak orang Aceh meninggal sia-sia karena haba sulet, atau seseorang memberi informasi yang tidak benar. Makanya, sulet sangat berbahaya.

Endatu kita juga sudah pernah mengingatkan, “bek ta meungon ngon urueng paleh (baca ureung sulet), hareuta teuh abeh geutanyoe binasa.” Makanya, kita perlu berhati-hati dengan orang-orang sulet ini. Sebab, lebih banyak mudharatnya, ketimbang manfaat.

Lalu, jika penguasa sulet bagaimana? Itu memang sudah kerjaannya Penguasa. Bagi penguasa, sulet sudah hal biasa. Kalau tidak bisa meu-sulet, tidak bisa jadi penguasa. Saat kampanye juga mereka sudah meu-sulet. Mereka berjanji yang muluk-muluk, tetapi ketika berkuasa, janji tersebut tak pernah mampu ditunaikan. Makanya, ada yang bilang, penguasa itu lebih dekat ke orang munafik ketimbang kita rakyat miskin.

Memang sih, sekarang sudah ada cara meu-sulet profesional. Artinya, ketika mereka menipu, terlihat sangat berwibawa, sehingga pengemis pun tidak tahu kalau sang penguasa sedang meu-sulet. Tahu kenapa tidak ada yang tahu? Karena mereka jago ‘olah’. Orang sulet itu kan dikenal jago olah!

“Kita sangat peduli terhadap nasib rakyat. Kita akan berusaha membuka lapangan kerja, dan meningkat kesejahteraan untuk rakyat miskin,” begitu biasa bunyi pidato penguasa jika sedang berada di tengah-tengah rakyat. Rakyat yang tidak tahu bahwa mereka sedang di-olah penguasa, pasti memberi applus berupa tepuk tangan meriah. Namun, ada juga yang diam-diam, berkata dalam hati: nyan ka diolah lom geutanyoe!

Makanya, rakyat harus cerdas. Sehingga tidak setiap Pemilu bisa diolah oleh juru kampanye atau penguasa! Bek sabe ek dipasoe lam itoken. Rakyat harus mampu berkata seperti bunyi ceramah Abraham Lincoln saat berpidato di Clinton pada 8 September 1858 yang mendapatkan sambutan luar biasa dari warga Amerika: “You can fool all the people some of the time, and some people all of the time, but you cannot fool all the peole all of thetime” (Anda dapat membodohi seluruh rakyat selama beberapa waktu, dan beberapa orang rakyat buat selama-lamanya, namun Anda tak dapat membodohi seluruh rakyat buat selama-lamanya). (HA 240608)

Post a Comment

Previous Post Next Post