Gol-Put

Kalau tulisan golput dipecah, akan jadi dua kata: gol dan put. Gol atau kata dasarnya goal (bahasa Inggris) berarti tujuan, gol, atau sasaran. Sementara put (bahasa Inggris) artinya menaruh, menempatkan, menanam, dll. Gol menujukkan bola masuk ke dalam gawang, dan put—kalau boleh saya jelaskan asal-asalan alias ngawur—berarti mengambil bola yang sudah masuk gawang dan meletakkan kembali pada titik putih di tengah lapangan. Tujuannya agar permainan bisa dilanjutkan.

Dalam politik (khusus di Indonesia), istilah golput merupakan akronim dari Golongan Putih yang berarti sekelompok orang yang memilih tidak ikut memilih. Mereka bukan tidak memiliki pilihan, melainkan mereka punya pilihan yaitu tidak memilih. Tidak memilih, itulah pilihan mereka. Pilihan mereka tidak ikut memilih punya alasan macam-macam: muak sama politisi atau partai politik, kecewa, tidak ada partai yang layak dipilih, atau tak ada partai yang mampu memberikan harapan untuknya, atau karena semua partai busuk. Tak tahu harus memilih partai yang mana.

Diakui atau tidak, golput yang selalu menang (meski tidak menang mutlak) dalam Pilkada di Indonesia. Malah, ancaman golput pada Pemilu 2009 diperkirakan mencapai 20 persen. Jumlah golput saat Pilpres 2004 lalu (termasuk suara yang rusak) putaran pertama sekitar 24,60 persen. Jumlah ini bertambah menjadi 26,31 persen pada putaran kedua. Catatan Kompas terhadap Pilkada di Indonesia menunjukkan kalau Golput selalu jadi pemenang. Pilkada Banten, jumlah golput mencapai 39,17 persen, Pilkada DKI Jakarta (34,59 persen), Pilkada Jawa Barat (32,7 persen), Pilkada Jawa Tengah (41,5 persen), dan prediksi Litbang Kompas pada Pilkada Jatim, jumlah golput sekitar 39,2 persen. Dari 29 juta lebih pemilih, berarti sekitar 11 juta sekian tidak menggunakan hak pilihnya.

Sementara jumlah golput atau yang tidak memilih di Aceh saat Pilkada 2006 lalu sekitar 17 persen. Angka ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan Pilkada-pilkada di tempat lain. Artinya, pemimpin yang terpilih di Aceh lebih legitimite dibandingkan dengan Pilkada di tempat lain.

Tapi jangan berharap parsipasi politik rakyat Aceh pada Pemilu 2009 nanti akan meningkat. Sebab, di sini budaya malas ke TPS masih tinggi. Apalagi, cukup lama rakyat Aceh dikecewakan oleh orang-orang atau partai politik yang pernah dipilihnya. Semua mereka hanya manis dan baik hati saat kampanye saja. Ketika sudah berkuasa, tabiat aslinya mulai keliatan. Bagi yang banyak mengeluarkan modal kampanye, pada tahun-tahun pertama pasti berusaha mengembalikan modal tersebut. Selebihnya, karena terlalu asyik menjadi lupa diri, dan sampai akhir jabatannya bergelimang dengan perilaku korup.

Karenanya, kepada rakyat Aceh, mulai sekarang mempelajari dulu semua partai politik yang bakal mengail suara di Aceh. Teliti satu persatu partai tersebut, baik partai lokal maupun partai nasional, dan pelajari program politik yang mereka tawarkan untuk rakyat. Sebab, jika langsung menjatuhkan pilihan sejak sekarang, kita takutkan anda salah dalam menentukan pilihan. Jika setelah anda mempelajari secara teliti, dan sudah sangat yakin bahwa tak ada partai yang layak dipilih, jangan paksakan diri untuk memilih. Karena bisa jadi, seperti sudah pernah kita dengar, pemilu bukan pesta kita, tetapi pesta mereka yang gila sebuah kursi.

Jadi, ketika setelah mempelajari partai-partai tersebut, seperti track-record pengurus dan program politik, anda tidak punya pilihan jangan lantas bersedih. Sebab, tak ikut pemilu juga tak berbeda dengan anda ikut pemilu, jika orang atau partai yang anda pilih tidak memberi manfaat untuk anda. Karena, jika tetap memilih berarti anda sudah mengantarkan orang-orang atau partai-partai berkuasa untuk menyengserakan anda. Tapi, saya tak ajak anda golput. Pelajari dulu baik-baik, karena siapa tahu, ada partai yang buruknya sedikit dari yang buruk-buruk. Jadi, jangan asal put, sebab ada permainan yang tak perlu dilanjutkan. (HA 260708)

Post a Comment

Previous Post Next Post