KOMPAS, Tidak Tahu atau Sengaja?

Hari ini, Senin (22/9), seperti biasa saya membaca Koran KOMPAS. Halaman demi halaman saya buka, sambil mencari berita dan tulisan yang harus saya baca. Sebab, tidak semua berita atau tulisan di KOMPAS saya baca, hanya yang penting-penting saja. Terus terang, jika belum membaca KOMPAS belum lengkap rasanya, dan seperti ada yang tertinggal.

Setelah membuka halaman pertama, dan membacanya, terutama analisis politik atau tulisan analisis teknologi, saya baca sampai habis, halaman selanjutnya yang saya buka adalah halaman Opini. Namun, tidak semua opini saya baca, biasanya satu atau dua opini saja, serta Tajuk Rencana. Langkah selanjutnya, sudah pasti saya buka halaman Olahraga dan membaca berita bola, setelah itu baru saya baca berita ringan yaitu halaman Nama dan Peristiwa, sambil melihat berita iklan.

Namun, halaman dua KOMPAS edisi Senin (22/9), saya pandangi lama-lama, entah kenapa? Sepertinya ada yang aneh dengan berita foto yang diturunkan oleh KOMPAS hari itu. Pikiran saya terbayang pada sebuah lambang yang bisa jadi ada dalam pikiran semua orang, khususnya orang Islam, yaitu lambang Bintang/Perisai Daud. Apa hubungannya antara berita foto KOMPAS dengan lambang Negara Israel tersebut? Sebenarnya tidak ada hal luar biasa. Hanya saja, jika kita pandangi lama-lama, pasti ada yang terasa aneh. Soalnya, pada berita foto berjudul Pesona Mesjid Agung Jawa Tengah, si photographer KOMPAS mengambil gambar mesjid tersebut melalui sebuah celah yang menyerupai Bintang/Perisai Daud. Bedanya, jika Bintang Daud hanya enam sudut, sementara frame yang membingkai Masjid berjumlah delapan sudut. Tetapi sekilas memang mirip. Apakah ini bentuk kesengajaan KOMPAS atau apa, tidak ada yang tahu. Sejauh ini, kita belum membaca ada berita bernada protes dari pemuatan berita foto tersebut.

Sebab, jika benar itu disengaja, yaitu memotret Masjid dari celah yang menyerupai Bintang Daud, berarti muncul kesan penghinaan, bahwa gambar Masjid dilindungi oleh Bintang Daud. Entahlah, itu mungkin hanya cara pandang saya saja. Namun, bagaimana jadi ada maksud lain di balik pemuatan foto tersebut? Saya bukan mencari sensasi, cuma mencoba melihat sesuatu secara mendalam saja. Soalnya, KOMPAS menjadi media yang setiap saat say abaca, baik versi cetak maupun versi online. Jadi, agar tidak menimbulkan macam-macam, saya mencoba mengomentari sedikit saja, mudah-mudahan KOMPAS tetap menjunjung tinggi pluralism dan tidak melakukan penghinaan terhadap penganut suatu agama. Kita tahu KOMPAS sudah sangat professional dalam menyajikan sebuah berita, sehingga menjadi bacaan sehari-hari masyarakat di sini, termasuk saya. Terima kasih.

Post a Comment

Previous Post Next Post