Qian Hong Yan:
Mengajarkan Kita untuk Bersyukur

Kampanye Stop Dreaming Start ACTION, sudah dilakukannya. Ini kampanye yang benar-benar mampu menginspirasi jutaan orang untuk bersyukur dan menyadari potensi yang dimilikinya. Kampanye Stop Dreaming Start ACTION yang disuarakan Joko Susilo melalui Kontes 25 Juta menemukan relevansi pada sosok Qian Hong Yan ini.
Saya sungguh merasa beruntung dan terharu, saat menerima email dari Linda Tangdialla, Redaktur Pelaksana Bisnis Indonesia, yang dulu pernah menjadi tentor saya saat mengikuti pelatihan jurnalistik di LPDS Jakarta. Membaca email darinya membuat saya tersentak, kaget, diam dan tak mampu mengucapkan apa-apa.
Berikutnya, saya terus memperhatikan sejumlah foto yang dilampirkannya, dari email yang diforward ke emailnya. Satu persatu saya perhatikan foto yang dikirim tersebut sambil mengeja keterangan dalam bahasa Inggris dan bahasa yang tak saya mengerti, tapi saya menangkap pesan di sana: Meski memiliki keterbatasan fisik pascakecelakaan, Qian Hong Yan masih mampu tersenyum serta energik meski kedua kakinya tak ada lagi. Benar seperti isi subjek email yang ditulis Linda, Dia mengajarkan kita bersyukur.



Siapa Qian Hong Yan? Pertanyaan itu yang mengusik saya untuk mencari tahu, dan lagi-lagi om google menjadi tempat saya bertanya. Keberuntungan masih berpihak kepada saya, karena hasil pencarian tak hanya berbahasa Inggris, tapi juga ada yang berbahasa Indonesia. Saya baca secara seksama sambil merenung, gadis ini benar-benar luar biasa. Kita pantas belajar darinya. Bahwa keterbatasan fisik bukan suatu kendala untuk sukses.

Saat umur tiga tahun, Qian mengalami kecelakaan dan harus kehilangan kedua kakinya bahkan pinggulnya. Oleh dokter yang menanganinya, kakinya terpaksa harus diamputasi untuk memastikan dia tetap hidup. Keluarganya yang tinggal di Zhuangxia, Cina, tak mampu membeli kaki palsu untuknya, karena keluarga yang sangat miskin.

Agar hidup terus berjalan dan bisa bermain dengan teman-teman seusianya, Qian menggunakan bola basket yang terhubung dengan bagian tubuhnya. Qian menggunakan dua penyangga dari kayu untuk menyeret tubuhnya, dan sama sekali tidak mengeluh meski harus gonta-ganti bola basket sampai enam kali. Dia pun kemudian dijuluki Basket Ball Girl.

Seperti anak seusianya, Qian tetap ke sekolah, meski harus bersusah-payah. Tapi dia yakin, masa depan masih bisa disulap jadi cerah, yang penting mau berusaha. Keterbatasan fisik bukan alasan untuk tidak ke sekolah bukan alasan untuk tidak sukses. Kemana-mana dia menebarkan senyum termasuk kepada sesama teman yang mengalami kejadian serupa.

Karena ketegarannya, baru-baru ini dilaporkan, Qian mampu menginspirasi jutaan orang dengan ambisi untuk bersaing sebagai swimmer Paralympics tahun 2012 di London nantinya. Dia pun bekerja keras dan dalam sehari dia berenang hingga 2000 meter. Menurut pelatihnya, Qian tak pernah mengeluh meskipun sejumlah kesulitan dihadapinya.

Itulah Qian, sosok yang setidaknya mengajarkan kepada kita untuk terus optimis. Dia selalu tersenyum. Qian sangat percaya, bahwa dunia akan senantiasa tersenyum jika kita mampu melakukan hal serupa.

Lalu, apakah dunia diam saja? Di akhir email yang saya terima dari Linda, ada pesan yang berbahasa Inggris. Agar tidak muncul interpretasi macam-macam, saya tak berniat menerjemahkan kalimat tersebut, dan biarlah tetap seperti aslinya (saya tak yakin terjemahan saya akan lebih baik, hehehe).

"Please forward to all your friends. AOL will donate 10cents for every address you forward to a special fund to help people like HongYan"

Tulisan tentang Qian Hong Yan, bisa juga di baca di Yauhui dan Weirdasianews.

Post a Comment

Previous Post Next Post