2011, Sebuah Harapan

Saya tulis posting ini saat detik-detik terakhir pergantian tahun, dari 2010 ke 2011. Saya akan merasa ‘berdosa’ jika posting ini tak saya selesaikan, sebab tak ada waktu lagi untuk menyelesaikannya. Karena inilah posting yang akan mewarnai semangat dan resolusi baru saat menyambut pergantian tahun. Lalu, akan jadi apa kita pada 2011?

Jika sebelum-sebelumnya, kita menyambut tahun baru dalam kegelisihan, maka sebaiknya, untuk tahun 2011 ini kita harus optimis. Tak boleh ada kegelisahan. Kita bisa membangun singgasana indah, seperti keinginan kita. Pada 2011, saya yakin, semua kita sudah memantapkan tekad-bulat, bahwa kita harus lebih baik lagi. Kegagalan demi kegalan pada tahun-tahun sebelumnya, mari kita kubur seiring bunyi terompet yang menghilang, atau bersama percikan-percikan kembang api, yang sehabis mewarnai malam, hilang tak berbekas.
Saya tak mengajak anda-anda semua menganggap pergantian tahun sesuatu yang sakral. Ia hanya fenomena biasa, yang selalu hadir (diinginkan atau tidak) pada setiap akhir Desember. Tapi, kita bisa menjadikannya dari fenomena biasa menjadi luar biasa. Caranya, kita kubur dalam-dalam hal-hal negatif dan tak produktif pada tahun sebelumnya, kemudian membuat resolusi baru pada tahun selanjutnya. Sebab, tak ada waktu kembali.
Caranya, seperti dilakukan Tariq bin Ziyad, saat menaklukkan dataran Spanyol. Dalam buku sejarah yang pernah kita baca sejak di bangku SMP hingga perguruan tinggi, tertulis, ketika menyeberang Selat Gibraltar, pasukan yang dipimpin Tariq bin Ziyad masuk dengan gagah berani dan dengan kepala tegak menantang. Tak ada perasaan takut dan gundah sedikitnya. Mereka tak memikirkan bahwa mereka akan gagal dalam penaklukan. Untuk mengusir ketakutan dalam diri anak buahnya, Tariq kemudian membakar kapal-kapal agar pasukannya tak memikirkan cara untuk pulang.
Dengan membakar kapal, Tariq ingin memompa semangat juang pasukannya. Tariq ingin mengingatkan pada anak buahnya bahwa kalah bukan pilihan. Kalah berarti hancur lebur. Jika ingin bertahan dan membangun harapan baru di tanah impian, mereka harus maju terus dan kemudian meraih kemenangan.
Tapi Tariq tak sekedar sesumbar dan tanpa persiapan. Saat penaklukan itu, Tariq bin Ziyad, datang dengan optimisme tinggi dan persiapan yang cukup matang. Tak tanggung-tanggung, Tariq membawa 7.000 pasukan, yang sebagian besarnya bangsa Barbar. Sementara pasukan keturunan Arab sangat sedikit, sekitar 300 orang lebih. Dari keseluruhan pasukannya, terdapat 700 Muslim kulit hitam yang bergabung dari benua Afrika.
Pesan yang dapat kita petik dari kebijakan pembakaran kapal adalah, sebuah tekad bulat menyongsong harapan di negeri yang baru. Tariq dan pasukannya sangat yakin mereka akan mendapatkan kehidupan baru di tanah yang mereka taklukan, dan sama sekali tak memikirkan lagi untuk kembali ke wilayah asal mereka. Karena tekad dan optimisme tersebut, mereka berhasil meraih kemenangan dan menaklukkan Andalusia.
Saya percaya, kita semua memiliki banyak keinginan dan harapan. Meski masing-masing kita memiliki ketakutan bahwa kita tak bisa menjadi lebih baik. Memang, tahun 2011 di hadapan bakal banyak ketidakpastian. Karena kita tak tahu apakah setahun ke depan, nasib kita menjadi lebih baik atau justru tambah buruk. Kita tak tahu menjawab apa, sebab kita seperti bosan menjalaninya. Saban tahun, kita diajak menatap masa depan lebih cerah. Kita dibuat terlena oleh mimpi bercampur ilusi. Namun, kita lupa membedakannya.
Namun, masing-masing kita harus memiliki tekad bulat seperti Tariq, bahwa kita tak mungkin kembali ke tahun lalu. Kegagalan atau kesuksesan di tahun lalu, tak bisa kita perbaiki lagi pada tahun itu. Kita harus memperbaikinya di tahun depan. Jadi, simpanlah segala kegagalan itu dan biarkan berlalu bersama berlalunya waktu.
Jadi, mari kita sambut 2011 dengan optimisme bahwa kita bisa menjadi lebih baik lagi. Telurkan terus energi positif dan bangun mimpi baru, dan kemudian ubah mimpi itu menjadi kenyataan.
Happy New Year 2011.

Post a Comment

Previous Post Next Post