Tanpa disadari, meski tertatih-tatih, akhirnya Tabloid SUWA mampu terbit edisi ke 4. Di usia yang masih muda ini—karena kami tak menghitung edisi SUWA sebelumnya yang sempat terbit sampai 8 edisi—kami banyak sekali menerima masukan dan juga kritikan dari pembaca. Yang paling keras adalah pernyataan yang menuduh kami media Kelompoknya Irwandi-Nazar! Tak hanya itu, ke depan, kami akan menjadi Media PEMDA!
Kami tentu maklum dengan tuduhan itu, karena sejak edisi pertama sampai kedua, media ini memang menjadi salah satu Media yang mengback-up Irwandi-Nazar, sebagai kandidat dari Jalur Independen. Kami paham sekali, karena kami lahir kembali untuk memenangkan pasangan itu, di tengah politik pembusukan yang dihembuskan oleh media lain.
Sekarang, setelah pasangan ini menang, kami mencoba berubah. Meski dilematis. Kami berkomitmen, dari awal sampai akhir akan membela sekaligus menjadi media kontrol bagi mereka dalam mengelola pemerintahan dan memimpin rakyat Aceh. Ketika mereka bergerak di jalur yang benar, kami akan mendukung penuh mereka, meski banyak kalangan tak setuju dengan pendapat kami ini. Tapi, ketika dalam perjalanannya, mereka mulai bergeser dari komitmen semula, yaitu tak lagi memperjuangkan nasib rakyat Aceh, maka SUWA juga akan melontarkan kritik bagi mereka. Jadi, SUWA akan berusaha menjadi media pengawalan jalannya pemerintahan ini.
Jika selama ini kami selalu membela Irwandi-Nazar, karena kami melihat, pasangan ini harus dibela, tanpa kepentingan apapun. Bagi kami, mereka duduk di situ karena punya tugas besar yang dibebankan oleh rakyat Aceh seperti menyempurnakan Undang-undang Pemerintahan Aceh (UU PA), memperbaiki kinerja Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh (BRR), proses Re-integrasi dan program kesejahteraan untuk rakyat Aceh.
Kami yakin, dalam memperjuangkan hal itu, pemerintah Aceh di bawah Irwandi-Nazar tentu saja akan mendapatkan banyak tentangan dari berbagai pihak khususnya pemerintah di Jakarta. Dalam kondisi seperti ini, kami akan berada di belakang mereka. Bukan hanya kami, tentu saja, seluruh rakyat Aceh yang selama ini mendukung mereka harus berada di belakang pemerintahan Irwandi-Nazar.
Jika selama ini kami selalu berada di belakang Irwandi-Nazar, itu sama sekali bukan keinginan kami. Karena, memang Irwandi-Nazar pantas dibela. Selama kampanye, atau malah sebelumnya, pasangan ini berada di pihak yang di dhalimi. Fitnah keji, intimidasi dan sebagainya diterima pihaknya tanpa sempat membela diri. Malah kesempatan pihak ini untuk membela diri juga sering dibatasi. Bisa dihitung dengan jari jumlah media yang memberikan kesempatan berbicara untuk mereka. Kondisi ini menghendaki lahirnya sebuah media yang benar-benar menjadi penerang tentang segala hal tentang mereka.
Pasca-kemenangan mereka, tentu saja, semua media memburu Irwandi-Nazar, meski untuk sebait pernyataan. Kami tentu maklum dengan kondisi ini. Malah, tak jarang sekarang, permintaan wawancara sering diterima pihak Irwandi-Nazar. Jika dulu, segala fitnah keji tentang mereka, selalu mendapat tempat di media tersebut, tapi sekarang media itu selalu mencari kesempatan untuk mewancara pasangan yang diusung GAM dan SIRA ini. Bumi memang selalu berputar, ada saatnya kita dicaci dan begitu kondisi berbalik, kita pun dipuji. Entahlah! (fiek)
Kami tentu maklum dengan tuduhan itu, karena sejak edisi pertama sampai kedua, media ini memang menjadi salah satu Media yang mengback-up Irwandi-Nazar, sebagai kandidat dari Jalur Independen. Kami paham sekali, karena kami lahir kembali untuk memenangkan pasangan itu, di tengah politik pembusukan yang dihembuskan oleh media lain.
Sekarang, setelah pasangan ini menang, kami mencoba berubah. Meski dilematis. Kami berkomitmen, dari awal sampai akhir akan membela sekaligus menjadi media kontrol bagi mereka dalam mengelola pemerintahan dan memimpin rakyat Aceh. Ketika mereka bergerak di jalur yang benar, kami akan mendukung penuh mereka, meski banyak kalangan tak setuju dengan pendapat kami ini. Tapi, ketika dalam perjalanannya, mereka mulai bergeser dari komitmen semula, yaitu tak lagi memperjuangkan nasib rakyat Aceh, maka SUWA juga akan melontarkan kritik bagi mereka. Jadi, SUWA akan berusaha menjadi media pengawalan jalannya pemerintahan ini.
Jika selama ini kami selalu membela Irwandi-Nazar, karena kami melihat, pasangan ini harus dibela, tanpa kepentingan apapun. Bagi kami, mereka duduk di situ karena punya tugas besar yang dibebankan oleh rakyat Aceh seperti menyempurnakan Undang-undang Pemerintahan Aceh (UU PA), memperbaiki kinerja Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh (BRR), proses Re-integrasi dan program kesejahteraan untuk rakyat Aceh.
Kami yakin, dalam memperjuangkan hal itu, pemerintah Aceh di bawah Irwandi-Nazar tentu saja akan mendapatkan banyak tentangan dari berbagai pihak khususnya pemerintah di Jakarta. Dalam kondisi seperti ini, kami akan berada di belakang mereka. Bukan hanya kami, tentu saja, seluruh rakyat Aceh yang selama ini mendukung mereka harus berada di belakang pemerintahan Irwandi-Nazar.
Jika selama ini kami selalu berada di belakang Irwandi-Nazar, itu sama sekali bukan keinginan kami. Karena, memang Irwandi-Nazar pantas dibela. Selama kampanye, atau malah sebelumnya, pasangan ini berada di pihak yang di dhalimi. Fitnah keji, intimidasi dan sebagainya diterima pihaknya tanpa sempat membela diri. Malah kesempatan pihak ini untuk membela diri juga sering dibatasi. Bisa dihitung dengan jari jumlah media yang memberikan kesempatan berbicara untuk mereka. Kondisi ini menghendaki lahirnya sebuah media yang benar-benar menjadi penerang tentang segala hal tentang mereka.
Pasca-kemenangan mereka, tentu saja, semua media memburu Irwandi-Nazar, meski untuk sebait pernyataan. Kami tentu maklum dengan kondisi ini. Malah, tak jarang sekarang, permintaan wawancara sering diterima pihak Irwandi-Nazar. Jika dulu, segala fitnah keji tentang mereka, selalu mendapat tempat di media tersebut, tapi sekarang media itu selalu mencari kesempatan untuk mewancara pasangan yang diusung GAM dan SIRA ini. Bumi memang selalu berputar, ada saatnya kita dicaci dan begitu kondisi berbalik, kita pun dipuji. Entahlah! (fiek)
Tags:
editorial