Aku Lelah

Beberapa hari ini, saya begitu kelelahan. Sebelum bergabung dengan Harian Aceh, banyak waktu yang saya gunakan untuk istirahat, tapi sekarang hampir tak punya waktu sama sekali. Siklus kehidupan juga sudah berubah. Mirip dengan setrika. Berangkat kerja dari rumah dan sampai kantor pukul 14.00, pulangnya pukul 02.00 malam. Selalu begitu, kecuali hari Sabtu, karena Harian Aceh belum terbit hari Minggu.

Tapi bukan itu yang hendak saya ceritakan sekarang. Saya seperti kehilangan arah dalam menulis, dan seperti tidak mampu menulis satu tulisan pun. Jika pun ada maka tulisan tersebut sama sekali tidak berbobot. Hambar, dan kering data. Bisa jadi karena memang kurang riset dan tanpa perencanaan. Padahal untuk menulis sebuah fokus apalagi tulisan mendalam, minimal data yang diperlukan harus disiapkan dua hari sebelumnya. Tapi, yang terjadi justru sebaliknya. Saya selalu menulis, terutama halaman Fokus, pada hari itu juga. Sementara data pendukung sama sekali tidak ada. Benar-benar membingungkan.

Saya sama sekali tidak tahu, apa masalah yang sedang terjadi, sampai semangat saya begitu anjlok. Bayangkan saja, untuk mengedit tulisan saja sering malas, dan tidak punya gairah. Akhirnya, mengedit satu berita, bisa membutuhkan waktu lama. Padahal, biasanya saya bisa selalu lancar dalam menulis. Saya tidak tahu, apakah ini ada hubungannya dengan kerja rutinitas?

Jelas, saya kecewa pada diri sendiri. Tapi, apa boleh buat, kita dilarang memarahi diri sendiri, meskipun kita punya kebebasan melakukan itu. Saya sudah coba berdiskusi dengan beberapa orang kawan, tapi tidak juga menemukan jawabannya. Malah yang ada, banyak kawan-kawan yang mengusulkan saya harus menikah. Hah...apakah menikah sekarang bisa menjadi solusi?

Yang saya pikirkan, bisa jadi inilah siklus, di mana ada saat-saatnya kita begitu semangat. Tapi, di lain waktu kita juga mengalami kemunduran, meski bukan stagnan. Atau jangan-jangan banyak masalah hidup yang saya temui, sampai membuat saya tidak tahu masalah sendiri.

Saya percaya, kalau saya  butuh teman curhat. Tapi teman yang benar-benar bisa saya harapkan sama sekali tidak ada. Saya sudah mencari kemana-mana, tapi orang itu seperti tidak ada di dunia ini.

Jika aku merenung, yang nampak, aku seperti kelelahan. Bisa saja, yang aku alami sekarang karena faktor kelelahan. Tapi, kenapa pengaruhnya begitu kuat, sampai menghancurkan karirku. Jika sampai aku tidak bisa menulis, apa yang akan terjadi? Aku bisa kehilangan kesempatan mewujudkan mimpiku mengelola dan mempunyai sebuah media di Aceh. Aku tidak mau. Aku sudah pernah kehilangan momentum itu. Aku mau menjaganya.

Makanya, apa yang aku tuliskan sekarang, karena aku sudah tidak tahu lagi, sama siapa aku harus curhat. Makanya, lewat mimbar kecil ini, aku berharap ada kawan-kawan yang memberi solusi atas masalahku ini. Karena jika tidak, aku sudah tidak tahu lagi, apa yang harus aku lakukan.

Kadang-kadang aku juga berfikir, apa yang terjadi sekarang karena banyak agenda yang belum aku selesaikan. Coba saja, aku belum menulis Skripsiku yang berjudul Propaganda SIRA, padahal aku target bisa selesai kuliah bulan Februari kemarin. Tapi jadwalku sudah lewat. Mau tidak mau, aku harus menyelesaikan bulan Agustus mendatang. Bukan itu saja, aku juga punya tugas menyelesaikan mengumpulkan semua tulisanku yang sudah dimuat, untuk kemudian aku kumpulkan satu persatu, untuk kujadikan sebagai bahan menerbitkan buku. Seorang kawan aku, meminta agar ini bisa aku selesaikan sebelum bulan Mai. Dua target itu saja, aku belum bisa memenuhinya. Apalagi jika ditambah masalah lain seperti membuat tulisan untuk aku kirim ke media nasional. Sama sekali tidak ada waktu lagi.

Banyak benar masalah yang aku hadapi. Padahal, kemampuanku sangat terbatas. Beberapa hari ini, pernah aku coba menghibur diri dengan menonton film ayat-ayat cinta, tapi aku hanya terhibur sebentar. Lalu, ada kawan kasih hadiah untuk aku dua buah bukku: Ketika Cinta Bertasbih, dan Jalan Tikus menuju Kekuasaan dua-duanya belum habis aku baca. Malah, bukua Jalan Tikus menuju Kekuasaan kertasnya aja belum aku buka. Sementara buku Ketika Cinta Bertasbih baru aku baca sampai halaman 220, itu pun baru aku baca semalam sehabis pulang dari kantor jam 2 malam. Jika aku paksa menghabiskan malam itu, sebenarnya bisa, tapi besoknya aku harus tidur total. Artinya, aku tidak masuk kerja.

Sangat beda ketika aku belum masuk Harian Aceh. Waktuku begitu banyak untuk membaca. Aku masih ingat, pernah Buku Pram Bumi Manusia aku habiskan dalam waktu semalam,tapi besoknya aku tumbang. Begitu juga dengan buku Ayat-ayat Cinta. Semalam habis aku baca. Aku tidak tahu berapa lama waktu yang aku butuhkan, karena setelah membaca, mataku sakit dan lalu tumbang. Aku harus menghabiskan waktu itu juga karena buku itu aku pinjam sama teman hanya untuk semalam. Jika sampai aku tidak bisa menghabiskan, aku akan gila.

Aku ada penyakit tidak puas. Jika buku novel aku cicil bacanya, artinya tidak selesai sekaligus, aku pasti stres. Aku akan teringat-ingat, dan membuatku sakit kepala. Makanya setiap baca novel, selalu harus selesai, dan aku harus segera tahu ending-nya seperti apa.

Entahlah...yang jelas sekarang, aku tidak punya kuasa apa-apa. Aku begitu lelah. Curhat ini aku tulis ketika aku sudah sangat lelah. Bayangkan saja, aku sama sekali tidak merasa bangga membaca tulisan aku sendiri, karena terlalu dangkal. Aku sangat malu. Setidaknya, aku harus memulai dari nol lagi mengembangkan tulisan aku. Jika tidak, maka aku harus segera mencari profesi lain yang lebih menyenangkan. Karena, sampai sekarang aku masih melihat menulis sebagai hobby yang menyenangkan, sekali tempat aku berdialog denga fikiran aku sendiri. Karena dengan menulis, aku merasa bebas. Dengan menulis, aku seperti menggenggam dunia ini.

Entahlah!

Selasa (dinihari), jam 01.55 WIB. BNA 110308

Post a Comment

Previous Post Next Post