Meski tak ada data kongkrit, diyakini banyak PNS yang malas masuk kantor akhir-akhir ini. Tidur terlalu larut, sering jadi kambing hitam. Lagi-lagi Bola yang disalahkan. Ya…tak bisa dibantah, bahwa permainan si kulit bundar menghipnotis siapa saja, termasuk PNS. Semua terkena dampak ‘demam’ bola.
Pihak media massa, baik cetak maupun online, berlomba-lomba manyajikan informasi menarik, terbaru, dan unik dari perhelatan yang digelar setiap empat tahun ini. Tak jarang pula, pihak media menyediakan lomba tebak score, juara euro, pemain terbaik dan lain-lain, agar medianya diminati.
Sementara di kampung-kampung, ajang pertandingan sepak bola, menjadi sumber penghasilan. Banyak anggota masyarakat yang bermain tebak score dengan nilai uang dari ratusan ribu sampai jutaan. Mereka seperti hendak menguji teori kemungkinan, apakah berpihak padanya atau pada orang lain. Meskipun, ketika tim yang dijagokannya kalah, sumpah serapah yang keluar. Tetapi, kemungkinan menang, dan mendapatkan uang menjadi motivasi untuk selalu berjudi, siapa tahu dewi fortuna memihaknya.
Semua sepakat, bola memang tak lagi memandang usia, status sosial, atau antara orang orang kampung dengan kota. Bola menjadi permainan yang sangat manusiawi. Dunia menjadi bersatu karena bola. Perang bisa berhenti karena bola. Perpecahan dalam negeri bisa reda karena bola. Konflik rumah tangga juga bisa reda karena bola. Sebab suami tak perlu memarahi isterinya, karena terlalu asyik menonton bola.
Efek dari bola juga luar biasa. Kejadian di Laweung, misalnya, seorang pria nekat memasuki kamar isteri orang lain, karena si suaminya asyik menonton bola. Kajadian ini, pasti banyak juga terjadi di tempat lain, meski tidak masuk media. Jadi, musim bola juga menjadi sarana memudahkan segala perbuatan maksiat terjadi.
Maling juga semakin bebas beraksi, karena banyak lelaki memilih memelototi TV, daripada berada di rumah. Sementara si isteri pasti tertidur lelap, dan tak berharap suaminya kembali. Karena, jadwal bola sudah sangat larut. Pagi sang suami baru pulang ke rumah.
Pokoknya, banyak hal yang terjadi, di samping banyak hal pula yang bisa diambil dari bola. Untuk para politisi, agar dekat dengan rakyat pemilihnya, bisa menggelar kegiatan nonton bareng, untuk mendengar aspirasi atau keluhan yang dialami rakyatnya. Karena bola, bisa menjadi sarana mendekatkan kembali rakyat dan pejabat yang sudah dipilihnya. Hal ini tak terlepas, karena bola sering menjadi ajang menyatukan hati yang sedang koyak. (HA 130608)
Sementara di kampung-kampung, ajang pertandingan sepak bola, menjadi sumber penghasilan. Banyak anggota masyarakat yang bermain tebak score dengan nilai uang dari ratusan ribu sampai jutaan. Mereka seperti hendak menguji teori kemungkinan, apakah berpihak padanya atau pada orang lain. Meskipun, ketika tim yang dijagokannya kalah, sumpah serapah yang keluar. Tetapi, kemungkinan menang, dan mendapatkan uang menjadi motivasi untuk selalu berjudi, siapa tahu dewi fortuna memihaknya.
Semua sepakat, bola memang tak lagi memandang usia, status sosial, atau antara orang orang kampung dengan kota. Bola menjadi permainan yang sangat manusiawi. Dunia menjadi bersatu karena bola. Perang bisa berhenti karena bola. Perpecahan dalam negeri bisa reda karena bola. Konflik rumah tangga juga bisa reda karena bola. Sebab suami tak perlu memarahi isterinya, karena terlalu asyik menonton bola.
Efek dari bola juga luar biasa. Kejadian di Laweung, misalnya, seorang pria nekat memasuki kamar isteri orang lain, karena si suaminya asyik menonton bola. Kajadian ini, pasti banyak juga terjadi di tempat lain, meski tidak masuk media. Jadi, musim bola juga menjadi sarana memudahkan segala perbuatan maksiat terjadi.
Maling juga semakin bebas beraksi, karena banyak lelaki memilih memelototi TV, daripada berada di rumah. Sementara si isteri pasti tertidur lelap, dan tak berharap suaminya kembali. Karena, jadwal bola sudah sangat larut. Pagi sang suami baru pulang ke rumah.
Pokoknya, banyak hal yang terjadi, di samping banyak hal pula yang bisa diambil dari bola. Untuk para politisi, agar dekat dengan rakyat pemilihnya, bisa menggelar kegiatan nonton bareng, untuk mendengar aspirasi atau keluhan yang dialami rakyatnya. Karena bola, bisa menjadi sarana mendekatkan kembali rakyat dan pejabat yang sudah dipilihnya. Hal ini tak terlepas, karena bola sering menjadi ajang menyatukan hati yang sedang koyak. (HA 130608)
Tags:
pojok