Perdamaian Aceh sudah lama dinikmati oleh penduduk Aceh dan juga para tahanan/narapidana politik (Tapol/Napol) Aceh. Namun, di luar itu, masih ada beberapa Tapol/Napol yang belum juga menghirup udara bebas. Di antara Napol tersebut adalah Tgk Ismuhadi, tokoh masyarakat Aceh di Jakarta, yang dihukum seumur hidup atas kasus pengeboman Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Sudah tak terhitung aksi damai yang menuntut pembebasan Ismuhadi dilakukan oleh masyarakat Aceh, baik yang bermukim di Aceh maupun di Jakarta. Sudah beberapa tim pembebasan Tapol/Napol dibentuk baik oleh Pemerintah Aceh maupun oleh elemen sipil. Selain itu, sudah beberapa kali kunjungan baik resmi maupun tak resmi ke tempat Ismuhadi di Cipinang dilakukan oleh tim Pemerintah Aceh maupun anggota DPR Aceh. Hasilnya tetap nihil. Ismuhadi belum juga dibebaskan.
Sementara Ismuhadi sendiri, seperti berjuang sendirian di dalam penjara, dengan meminta pembebasan dirinya. Beberapa kali Ismuhadi mengeluarkan pernyataan di media yang meminta para petinggi GAM dan juga Pemerintah Aceh mengurus pembebasan dirinya, termasuk mengirim surat khusus yang dimuat di media. Toh, Ismuhadi tak juga bebas.
Saat berita kepulangan Wali Nanggroe Hasan Tiro ke Aceh, gencar diberitakan media, Ismuhadi sampai mengirimkan pesan khusus ke Wali, bahwa ada Tapol/Napol Aceh yang belum dibebaskan. Surat Ismuhadi tersebut dimaksudkan agar pemimpin tertinggi GAM tersebut ikut serta mendesak pembebasan dirinya. Upaya tersebut belum juga membuahkan hasil, karena dalam berbagai pidato Wali Nanggroe yang dibacakan oleh Malek Mahmud, belum ada yang menyinggung soal nasib para Tapol/Napol Aceh. Surat yang disampaikan Ismuhadi dan dimuat di Harian ini, bagai nyanyi sunyi seorang Tapol Aceh.
Sejumlah teman-teman seperjuangan Ismuhadi, ternyata tak tinggal diam. Saat Wali Nanggroe berkunjung ke Lhokseumawe, para anggota Komite Peralihan Aceh dan juga masyarakat setempat menyambut kedatangan Wali dengan membentangkan spanduk yang berisi permintaan agar Wali ikut memikirkan pembebasan Ismuhadi yang disebut-sebut sebagai eks panglima GAM Wilayah Jabotabek.
Penghadangan rombongan Hasan Tiro tersebut dengan spanduk yang meminta pembebasan Ismuhadi sampai membuat tim protokoler Wali terkejut. Sebab, baru pertama terjadi ada aksi pembentangan spanduk menyambut kedatangan Hasan Tiro dengan permintaan pembebasan Tapol/Napol Aceh. Kejadian tersebut belum pernah terjadi sebelumnnya.Harian ini kemarin, Minggu (19/10) sampai menurunkan laporan utama dengan judul “Bebaskan Ismuhadi Cs”.
Kita berharap aksi tersebut mendapat perhatian serius dari Wali Nanggroe dan juga para petinggi GAM lainnya untuk memikirkan pembebasan Ismuhadi Cs. Sebab, bagaimanapun juga, Ismuhadi pernah bersama-sama para pejuang GAM berjuang untuk rakyat Aceh. Posisi Ismuhadi di dalam GAM sama dengan para kombatan GAM lainnya yang sudah dibebaskan sejak beberapa bulan setelah MoU Helsinki ditandatangani.
Aksi yang dilakukan oleh teman-temannya di luar penjara bisa jadi pelipur lara bagi Ismuhadi yang sudah tak tahu lagi kemana harus mengadu agar dirinya juga dapat menikmati buah perdamaian. Sebab seperti kita tahu, setelah tiga usia perdamaian Aceh, nasib Ismuhadi semakin dilupakan. Pernyataan dan juga suara-suara temannya di luar penjara seperti sebuah nyanyian sunyi. Tak ada yang mendengarkan. (HA 201008)
Sudah tak terhitung aksi damai yang menuntut pembebasan Ismuhadi dilakukan oleh masyarakat Aceh, baik yang bermukim di Aceh maupun di Jakarta. Sudah beberapa tim pembebasan Tapol/Napol dibentuk baik oleh Pemerintah Aceh maupun oleh elemen sipil. Selain itu, sudah beberapa kali kunjungan baik resmi maupun tak resmi ke tempat Ismuhadi di Cipinang dilakukan oleh tim Pemerintah Aceh maupun anggota DPR Aceh. Hasilnya tetap nihil. Ismuhadi belum juga dibebaskan.
Sementara Ismuhadi sendiri, seperti berjuang sendirian di dalam penjara, dengan meminta pembebasan dirinya. Beberapa kali Ismuhadi mengeluarkan pernyataan di media yang meminta para petinggi GAM dan juga Pemerintah Aceh mengurus pembebasan dirinya, termasuk mengirim surat khusus yang dimuat di media. Toh, Ismuhadi tak juga bebas.
Saat berita kepulangan Wali Nanggroe Hasan Tiro ke Aceh, gencar diberitakan media, Ismuhadi sampai mengirimkan pesan khusus ke Wali, bahwa ada Tapol/Napol Aceh yang belum dibebaskan. Surat Ismuhadi tersebut dimaksudkan agar pemimpin tertinggi GAM tersebut ikut serta mendesak pembebasan dirinya. Upaya tersebut belum juga membuahkan hasil, karena dalam berbagai pidato Wali Nanggroe yang dibacakan oleh Malek Mahmud, belum ada yang menyinggung soal nasib para Tapol/Napol Aceh. Surat yang disampaikan Ismuhadi dan dimuat di Harian ini, bagai nyanyi sunyi seorang Tapol Aceh.
Sejumlah teman-teman seperjuangan Ismuhadi, ternyata tak tinggal diam. Saat Wali Nanggroe berkunjung ke Lhokseumawe, para anggota Komite Peralihan Aceh dan juga masyarakat setempat menyambut kedatangan Wali dengan membentangkan spanduk yang berisi permintaan agar Wali ikut memikirkan pembebasan Ismuhadi yang disebut-sebut sebagai eks panglima GAM Wilayah Jabotabek.
Penghadangan rombongan Hasan Tiro tersebut dengan spanduk yang meminta pembebasan Ismuhadi sampai membuat tim protokoler Wali terkejut. Sebab, baru pertama terjadi ada aksi pembentangan spanduk menyambut kedatangan Hasan Tiro dengan permintaan pembebasan Tapol/Napol Aceh. Kejadian tersebut belum pernah terjadi sebelumnnya.Harian ini kemarin, Minggu (19/10) sampai menurunkan laporan utama dengan judul “Bebaskan Ismuhadi Cs”.
Kita berharap aksi tersebut mendapat perhatian serius dari Wali Nanggroe dan juga para petinggi GAM lainnya untuk memikirkan pembebasan Ismuhadi Cs. Sebab, bagaimanapun juga, Ismuhadi pernah bersama-sama para pejuang GAM berjuang untuk rakyat Aceh. Posisi Ismuhadi di dalam GAM sama dengan para kombatan GAM lainnya yang sudah dibebaskan sejak beberapa bulan setelah MoU Helsinki ditandatangani.
Aksi yang dilakukan oleh teman-temannya di luar penjara bisa jadi pelipur lara bagi Ismuhadi yang sudah tak tahu lagi kemana harus mengadu agar dirinya juga dapat menikmati buah perdamaian. Sebab seperti kita tahu, setelah tiga usia perdamaian Aceh, nasib Ismuhadi semakin dilupakan. Pernyataan dan juga suara-suara temannya di luar penjara seperti sebuah nyanyian sunyi. Tak ada yang mendengarkan. (HA 201008)
Tags:
editorial