Pembaca pasti penasaran dengan judul posting ini. Bagaimana bisa, secara sepihak, saya menyebutkan Aceh Pungo sebagai duta Aceh di dunia wacana? Eit...tunggu dulu. Jangan berprasangka macam-macam dulu. Posting ini bukan bentuk ekspresi 'kenarsisan' saya.
Ceritanya begini: Minggu (7/3) lalu, teman saya, Tgk Sayed Muhammad Husein, mengirim SMS, mengabarkan soal edisi terbaru (edisi 20 Maret) Majalah KHAlifah (Diterbitkan oleh PT KHAlifah Indomedia Pratama). Katanya, buku saya "Aceh Pungo" dibuatkan resensi di majalah tersebut. (Dalam hati saya gembira, soalnya Aceh Pungo sudah terbit setahun lalu, tapi KHAlifah masih menulis resensinya. Alhamdulillah, syukur banget. Terima kasih-terima kasih).
Karena penasaran, siangnya saya meluncur ke Kota untuk membeli majalahnya. Hanya dua kios koran yang sempat saya tanya. Kios satunya mengaku tidak menjual Majalah KHAlifah, dan baru dapat di kios satu lagi, bersebelahan dengan kios pertama. Saya tak langsung membeli begitu penjual menunjukkan majalah tersebut. Saya buka-buka dulu untuk memastikan bahwa majalah yang dikasih itu benar-benar dimuat resensi (Takut sih dikasih majalah zaman). Kebetulan saya buka dari halaman terakhir. Baru tiba di halaman 72, mata saya tertuju pada gambar hitam pekat dan terdapat tulisan Aceh Pungo lusuh, seperti buku saya.
Dan, ternyata memang benar, jika gambar yang saya lihat itu sampul buku saya: Aceh Pungo. Mata saya berpindah ke atasnya, tepat di bawah nama rubrik 'CAS!' saya baca judul resensi "Duta Aceh" di Dunia Wacana. Tulisan "Duta Aceh" (menggunakan dua tanda petik) terlihat lebih hitam dari tulisan di depannya, di Dunia Wacana (tanpa tanda petik). Setelah yakin, saya tanya berapa harganya. Si penjual sambil berucap langsung menunjukkan pada tulisan harga yang tertera di sampul majalah Rp20 ribu. Saya pun memberikan uang Rp50 ribu. Setelah mendapat kembalian, saya pun pulang.
Bagi kawan-kawan yang belum sempat membaca resensi tersebut, dan ingin membacanya, bisa membacanya di gambar yang saya pasang berikut. Semoga berkenan!
Sementara bagi yang belum sempat membeli buku Aceh Pungo, kini bisa dibeli secara online di website AcehStore. "Baca Aceh Pungo agar kita tidak ikut-ikutan Pungo"
Ceritanya begini: Minggu (7/3) lalu, teman saya, Tgk Sayed Muhammad Husein, mengirim SMS, mengabarkan soal edisi terbaru (edisi 20 Maret) Majalah KHAlifah (Diterbitkan oleh PT KHAlifah Indomedia Pratama). Katanya, buku saya "Aceh Pungo" dibuatkan resensi di majalah tersebut. (Dalam hati saya gembira, soalnya Aceh Pungo sudah terbit setahun lalu, tapi KHAlifah masih menulis resensinya. Alhamdulillah, syukur banget. Terima kasih-terima kasih).
Karena penasaran, siangnya saya meluncur ke Kota untuk membeli majalahnya. Hanya dua kios koran yang sempat saya tanya. Kios satunya mengaku tidak menjual Majalah KHAlifah, dan baru dapat di kios satu lagi, bersebelahan dengan kios pertama. Saya tak langsung membeli begitu penjual menunjukkan majalah tersebut. Saya buka-buka dulu untuk memastikan bahwa majalah yang dikasih itu benar-benar dimuat resensi (Takut sih dikasih majalah zaman). Kebetulan saya buka dari halaman terakhir. Baru tiba di halaman 72, mata saya tertuju pada gambar hitam pekat dan terdapat tulisan Aceh Pungo lusuh, seperti buku saya.
Dan, ternyata memang benar, jika gambar yang saya lihat itu sampul buku saya: Aceh Pungo. Mata saya berpindah ke atasnya, tepat di bawah nama rubrik 'CAS!' saya baca judul resensi "Duta Aceh" di Dunia Wacana. Tulisan "Duta Aceh" (menggunakan dua tanda petik) terlihat lebih hitam dari tulisan di depannya, di Dunia Wacana (tanpa tanda petik). Setelah yakin, saya tanya berapa harganya. Si penjual sambil berucap langsung menunjukkan pada tulisan harga yang tertera di sampul majalah Rp20 ribu. Saya pun memberikan uang Rp50 ribu. Setelah mendapat kembalian, saya pun pulang.
Bagi kawan-kawan yang belum sempat membaca resensi tersebut, dan ingin membacanya, bisa membacanya di gambar yang saya pasang berikut. Semoga berkenan!
Screenshot dari Majalah KHAlifah edisi 20 Maret |
Tags:
buku