Hari Senin, 1 November 2010, kawan-kawan Blogger Aceh akan memperingati HUT ke-3 Aceh Blogger Community (ABC). Tanggal ini pula sudah ditetapkan (berdasarkan kesepakatan, tentunya) sebagai Hari Blogger Aceh. Selamat berulang tahun deh, semoga blogger Aceh makin jaya, kreatif, sensitif dan juga kaya-kaya.
Masalahnya, kalau pakai .com setiap setahun sekali kita musti harus membayar biaya hosting dan domain. Nah, kalau kita sakit, miskin-papa (siapa tahu kan), atau meninggal dunia, siapa yang akan membayarnya agar website/situs/blog kita bisa terus online? Jika kita sampai lupa membayar, blog kita akan ditutup. Orang-orang tak bisa mengakses pemikiran-pemikiran kita dalam bentuk posting. Sementara blog gratisan seperti di blogspot atau wordpress, akan terus online, selama dunia belum kiamat (atau perusahaan mereka bangkrut). "Kita cukup mewariskan username dan password agar terus bisa diupdate," kata Enda.
Blogger berlagak profesional penting, tapi profesional saja tak cukup. Karena blogger juga manusia, maka dia tak abadi. Manusia memiliki titik akhir. Tapi pemikirannya (dalam bentuk posting) 'bisa' menjadi abadi, dalam arti akan terus dibaca, secara turun-temurun. Menulis, kata Pramoedya Ananta Toer, adalah pekerjaan keabadian.
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."
Saya terpengaruh dengan kata-kata penulis Tetralogi Pulau Buru ini. Hingga menulis posting ini, saya terus berusaha menulis untuk keabadian. Di blog ini saya sudah memiliki 400 lebih tulisan, dari berkategori 'sampah' sampai 'bukan sampah.' Dengan terus menulis, berarti saya terus belajar menjadi penulis yang baik. Saya tak pernah mempersoalkan sedikitnya tanggapan atas posting yang saya tulis (iri lihat blog artis, banyak komen, meski tulisan singkat dan meucuet-cuet), karena bagi saya yang penting tulisan ini ada yang baca, berapa pun jumlahnya. Saya hanya ingin orang-orang tahu bahwa saya pernah hidup! Selamat Hari Blogger Aceh, mari menulis untuk keabadian! []
Kawan-kawan, tak ada yang bisa saya bagi hari ini. Saya sangat mumang, tak hanya karena hiruk politik yang mulai memanas, tapi juga aktivitas yang mulai bertambah. Beban datang dari mana-mana, satu belum beres sudah muncul masalah lain. "Pening nggak sih?" Boleh dong sekali-kali ngutip ucapan artis di twitter atau saat diwawancara. Hehehe.
Kemarin malam hingga tadi siang, bersama Radzie, saya harus memeriksa dan membaca naskah kawan-kawan blogger yang mengikuti lomba menulis sejarah. Ada yang enak dibaca, ada yang bikin pening (untung nggak sampai pusing). Kadang-kadang lihat cara menulis saja sudah mumang. Sama sekali tak nyaman dibaca. Tapi yang jelas banyak tulisan yang membuat kita terus larut membaca hingga tak sadar jika tulisan itu sudah berhenti di titik terakhir. Untung saja kami cukup sabar dan santai, sehingga tak terlalu bermasalah. Sesekali malah kami tertawa lepas, terasa merdeka.
Setelah meneliti satu per satu tulisan, kami berkesimpulan: kemampuan kawan-kawan blogger Aceh menulis sudah cukup bagus. Dari pengemasan ide, teknik menulis hingga pemilihan kata, sudah cukup lumayan. Ada beberapa tulisan yang justru membuka pemahaman baru buat kita, dari yang sebelumnya belum kita tahu menjadi tahu (bukan tahu goreng ya). Ini namanya, sambil menyelam menangkap ikan. Hehehe. Makanya cukup sulit bagi kami dalam memberikan nilai, karena semua tulisan layak diberi penghargaan setinggi langit (terlalu mendramatisir ya?). Untunglah kami akhirnya bisa memilih beberapa tulisan yang patut dan layak menjadi juara. (Pengumuman pemenangnya nungguin saja update terbaru blog Acehblogger.org--sudah terbit pengumumannya, ed). Publikasi itu bukan lagi wewenang kami. Mohon maaf banget, kami tidak bisa membocorkan siapa yang mendapatkan juara satu.
Oya, dulu saat bertemu Bapak Blogger Indonesia, Enda Nasution, sebenarnya banyak hal yang kami bincangkan, sebagian sudah ditulis Radzie di blognya. Ada satu pernyataan dari Enda yang terlewatkan, setelah kami berbicara panjang lebar soal domain dan hosting gratis buat blog. 'Nanti sebelumnya meninggal dunia, kita cukup mewariskan saja username berikut passwoord-nya,' kata Enda. Penyataan Enda ini muncul spontan saja setelah sebelumnya saya sempat ceritakan bahwa saya cukup betah ngeblog di domain gratisan, meski banyak kawan-kawan yang memprovokasi untuk berpindah ke dotcom (.com). Kata sang 'provokator' pakai dotcom lebih terkesan profesional.
Kemarin malam hingga tadi siang, bersama Radzie, saya harus memeriksa dan membaca naskah kawan-kawan blogger yang mengikuti lomba menulis sejarah. Ada yang enak dibaca, ada yang bikin pening (untung nggak sampai pusing). Kadang-kadang lihat cara menulis saja sudah mumang. Sama sekali tak nyaman dibaca. Tapi yang jelas banyak tulisan yang membuat kita terus larut membaca hingga tak sadar jika tulisan itu sudah berhenti di titik terakhir. Untung saja kami cukup sabar dan santai, sehingga tak terlalu bermasalah. Sesekali malah kami tertawa lepas, terasa merdeka.
Setelah meneliti satu per satu tulisan, kami berkesimpulan: kemampuan kawan-kawan blogger Aceh menulis sudah cukup bagus. Dari pengemasan ide, teknik menulis hingga pemilihan kata, sudah cukup lumayan. Ada beberapa tulisan yang justru membuka pemahaman baru buat kita, dari yang sebelumnya belum kita tahu menjadi tahu (bukan tahu goreng ya). Ini namanya, sambil menyelam menangkap ikan. Hehehe. Makanya cukup sulit bagi kami dalam memberikan nilai, karena semua tulisan layak diberi penghargaan setinggi langit (terlalu mendramatisir ya?). Untunglah kami akhirnya bisa memilih beberapa tulisan yang patut dan layak menjadi juara. (Pengumuman pemenangnya nungguin saja update terbaru blog Acehblogger.org--sudah terbit pengumumannya, ed). Publikasi itu bukan lagi wewenang kami. Mohon maaf banget, kami tidak bisa membocorkan siapa yang mendapatkan juara satu.
Oya, dulu saat bertemu Bapak Blogger Indonesia, Enda Nasution, sebenarnya banyak hal yang kami bincangkan, sebagian sudah ditulis Radzie di blognya. Ada satu pernyataan dari Enda yang terlewatkan, setelah kami berbicara panjang lebar soal domain dan hosting gratis buat blog. 'Nanti sebelumnya meninggal dunia, kita cukup mewariskan saja username berikut passwoord-nya,' kata Enda. Penyataan Enda ini muncul spontan saja setelah sebelumnya saya sempat ceritakan bahwa saya cukup betah ngeblog di domain gratisan, meski banyak kawan-kawan yang memprovokasi untuk berpindah ke dotcom (.com). Kata sang 'provokator' pakai dotcom lebih terkesan profesional.
Masalahnya, kalau pakai .com setiap setahun sekali kita musti harus membayar biaya hosting dan domain. Nah, kalau kita sakit, miskin-papa (siapa tahu kan), atau meninggal dunia, siapa yang akan membayarnya agar website/situs/blog kita bisa terus online? Jika kita sampai lupa membayar, blog kita akan ditutup. Orang-orang tak bisa mengakses pemikiran-pemikiran kita dalam bentuk posting. Sementara blog gratisan seperti di blogspot atau wordpress, akan terus online, selama dunia belum kiamat (atau perusahaan mereka bangkrut). "Kita cukup mewariskan username dan password agar terus bisa diupdate," kata Enda.
Blogger berlagak profesional penting, tapi profesional saja tak cukup. Karena blogger juga manusia, maka dia tak abadi. Manusia memiliki titik akhir. Tapi pemikirannya (dalam bentuk posting) 'bisa' menjadi abadi, dalam arti akan terus dibaca, secara turun-temurun. Menulis, kata Pramoedya Ananta Toer, adalah pekerjaan keabadian.
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."
Saya terpengaruh dengan kata-kata penulis Tetralogi Pulau Buru ini. Hingga menulis posting ini, saya terus berusaha menulis untuk keabadian. Di blog ini saya sudah memiliki 400 lebih tulisan, dari berkategori 'sampah' sampai 'bukan sampah.' Dengan terus menulis, berarti saya terus belajar menjadi penulis yang baik. Saya tak pernah mempersoalkan sedikitnya tanggapan atas posting yang saya tulis (iri lihat blog artis, banyak komen, meski tulisan singkat dan meucuet-cuet), karena bagi saya yang penting tulisan ini ada yang baca, berapa pun jumlahnya. Saya hanya ingin orang-orang tahu bahwa saya pernah hidup! Selamat Hari Blogger Aceh, mari menulis untuk keabadian! []