Gara-gara Beriman dengan Bola

Dalam beberapa hari ini, aku seperti tak semangat. Parahnya, aku juga sering lupa makan. Entah kenapa? Aku sendiri tak tahu. Hanya saja, sejak Inggris kalah dari Kroasia dalam kualifikasi Euro 2008 3-2, aku kehilangan semangat hidup. Inggris juga tak lolos ke Euro di Swiss dan Austria 2008 mendatang. Aku makin tak semangat. Bayangkan, negara penemu sepak bola, akhirnya tak lolos berlaga dalam putaran final Euro 2008 yang mulai berlangsung pada bulan Juni mendatang. Padahal, selama ini Liga Primer dianggap terbaik saat ini.

Malam ini, aku juga melihat bagaimana tim kesayanganku Manchester United tumbang di Reebok Stadium dengan skor 1-0 melawan Bolton Wonderes. Musibah. Tim yang selama ini aku idolakan, dukung dan tak pernah absen menyimak informasinya, tiba-tiba kalah. Tak hanya rekor 10 kali kemenangan beruntun berakhir, melainkan persaingan dengan Arsenal juga melemah. Arsenal seperti berlari sendirian di puncak klasemen. Tak takut lagi terkejar oleh MU yang sudah memainkan 14 pertandingan.

Memang, seperti kata orang: bola itu bulat. Semua bisa terjadi di lapangan. Waktu 2X 45 menit adalah pertaruhan: prestise, gensi, taktik dan strategi dan juga ego. Setiap detik adalah permainan. Setiap sisi dari lapangan hijau adalah arena bertanding. Setiap sisi adalah medan dan setiap menitnya adalah perjuangan hidup dan mati: menang atau kalah. Karena bola bulat, ia pun tak bisa diprediksi. Tak selalu tim yang hebat akan menang, dan begitu juga, tim lemah tak selalu harus jadi pecundang. Sesuatu yang bulat memang sulit diprediksi. Itulah bola.

Tapi, bagi pendukung fanatik seperti aku, kekalahan tim kesayangan adalah seperti baru kena pukulan. Sangat telak. Tak hanya membuat kita jadi tak semangat, melainkan, kita seperti ditikam. Kadang juga membuat kita stress.

Selalu, setiap tim kesayangan kalah, aku shock dan down. Aku kehilangan gairah. Malas melakukan sesuatu, termasuk hanya membaca judul berita di koran. Itulah pengaruh yang tak mampu kubendung. Padahal, yang kalah tim orang, dan kita tak pernah bertemu dengan skuad tim tersebut. Mereka juga tak pernah kenal kita. Tapi kenapa pengaruhnya sangat hebat? Apakah aku sudah beriman dengan Bola. Entahlah.

Post a Comment

Previous Post Next Post