Seu-iet

Harian Aceh kemarin (27/6) melansir berita tentang anggota DPRK Aceh Utara yang dinilai beu-o seu-iet, karena hanya memikirkan gaji, sementara kerja seenaknya saja. Tudingan beu-o seu-iet dilontarkan karena dalam rapat III masa persidangan pertama tahun 2008 tentang pembahasan rancangan kebijakan umum anggaran (KUA), dari 40 anggota dewan, hanya 18 orang yang hadir. Lalu, yang lain kemana?

Tak ada yang tahu, kemana. Tapi, harap maklum saja, sekarang lagi musim bola, dan musim tender. Bagi yang senang bola, pasti paginya mereka malas tidur, karena bergadang larut malam. Sementara yang senang tender, pasti mereka sedang sibuk lobi sana-sini agar dapat proyek. Ada juga yang bersembunyi, takut jika proyeknya bertabrakan. Jadi, menghindar solusi yang bijak, meski tugasnya sebagai wakil rakyat terabaikan.

Istilah beu-o seu-iet sebenarnya sering dilakabkan untuk ayam yang keunong ta-uen. Ayam kalau sudah kena penyaket ta-uen, sering terlihat sungkuep (lemah-lesu), tidak bergairah, dan seperti pepatah, hidup segan mati pun tak mau. Beu-o seu-iet sering juga diterjemahkan malas-jinak. Artinya, ketika dilakabkan untuk anggota dewan, berarti maksudnya, malas kalau diminta ikut sidang (kerja), tetapi akan bersikap jinak dan penurut saat masa ambil gaji tiba.

Lalu, apakah hanya anggota DPRK Aceh Utara saja yang beu-o seu-iet? Saya harus hati-hati menjawabnya. Karena, sebenarnya, perilaku seperti ini sudah umum dilakukan oleh para anggota dewan. Jika tidak percaya, silahkan lihat saat sidang di DPR Pusat, berapa jumlah kursi yang kosong? Sangat banyak, karena tak bisa kita hitung dengan jari. Malah, bagi anggota yang hadir dalam ruang sidang juga tak terlihat rajin dan bersemangat memperjuangkan nasib rakyatnya, mereka sering disorot oleh kamera sedang tertindur pulas.

Tetapi, bagi sebagian anggota dewan enjoy saja, karena masuk TV. Bagi mereka, yang penting hadir di dalam sidang meski hanya ‘datang, duduk, diam, dengar, dan duit’. Wajar jika setiap peraturan, kebijakan atau undang-undang yang dilahirkan, sering menjadi UUD (ujung-ujungnya duit). Lihat saja saat pembahasan APBN, APBA, adan APBK, semua anggota dewan setiap tingkatan sibuk berdebat ketika masuk pembahasan wuek tumpok. Sementara ketika masuk agenda tentang program kesejahteraan rakyat, mereka pasti bersepakat: “Rakyat cukup kita kasih angen syuruga, kalau mereka protes, paling cuma demo dan jadi senang kalau sudah masuk media. Besoknya pasti akan diam lagi.” Begitu guman mereka dalam hati.

Masalah kinerja atau perilaku beu-o seu-iet juga pernah dimuat di harian ini beberapa waktu lalu tentang kinerja pegawai kantor Bupati Pidie, dan beberapa dinas lainnya. Malah, jika pada hari Jumat dan Sabtu (di Pidie hari Sabtu masuk kantor), jam 10 belum nampak batang hidung pegawai ke kantor (yang nampak cuma sedikit). Sebagian malah lebih enjoy cang panah di warung kopi, dan mendiskusikan jalannya pertandingan Bola.

Tapi, jangan coba-coba memangkas gaji atau honor mereka. Mereka pasti melawan, dan tak sungkan-sungkan membeberkan ke media. Itulah wajah pejabat dan abdi rakyat di negeri kita, sering beu-o seu-iet lagee manok keunong ta-uen. Tetapi bersemangat ketika masuk dalam perkara asoe pruet dan umpuen takue. (HA 280608)

Post a Comment

Previous Post Next Post