Zina, Sebuah hubungan suami-isteri yang tidak dilegalkan oleh hukum. Jadi, zina sebuah perbuatan yang sangat dilarang agama. Sementara zina politik dapat dipahami sebagai hubungan pasangan calon kepala pemerintahan Aceh dan Wakilnya yang tidak dibenarkan oleh sebuah etika yang diyakini suatu kelompok maupun golongan. Tapi, zina politik ini diinginkan/disukai oleh kedua sang calon, meski secara politik tidak sah (secara moral).
Apa kaitannya dengan majunya Humam-Hasbi dalam konteks zina politik?
Jauh sebelumnya, baik Humam maupun Hasbi sudah bercita-cita menjadi kepala pemerintahan Aceh ketika proses damai ditandatangani. Khusus pak Hasbi, punya kans dan dukungan moral dari sebahagian kecil rakyat Aceh, karena saudaranya (Tgk Zaini Abdullah) merupakan salah satu tokoh GAM yang tentunya mendapat dukungan dari rakyat Aceh.
Keikutsertaan Hasbi untuk mencalonkan diri dalam pemilihan mendapatkan moment ketika dirinya diyakini bakal mendapat dukungan dari tokoh-tokoh GAM khususnya dari kelompok tua.
Sinyalemen ini tercium, khususnya ketika ada mobilasasi dan surat pernyataan pengumpulan KTP untuk sang calon dapat ditemui di berbagai kios di kampung-kampung. Di mana di situ jelas disebutkan bahwa pengumpulan KTP penduduk atas intruksi dari dirinya.
Kebenaran polemik itu (kebenaran ikut bertarung dalam Pilkapa-Pemilihan Kepala Pemerintahan) semakin terbuka khususnya ketika digelar rapat bangsa Aceh "ban sigom donja" di gedung Dayan Dawood Mai lalu. Dalam rapat ini, pasangan Hasbi-Humam yang mendapatkan dukungan dari kelompok tua gagal mendapatkan suara terbanyak dan kalah populis di banding pasangan Tgk Nash-Nazar, yang didukung oleh sebagian besar wilayah di Aceh.
Kemenangan Nash-Nazar, ternyata tidak menyenangkan sebagian elite GAM dari kelompok tua, yang sebelumnya begitu bersemangat memperjuangkan pasangan Hasbi-Humam. Kelompok elite ini kemudian melakukan berbagai manuver politik, untuk menggagalkan pasangan Nash-Nazar, yang menang secara demokratis dalam rapat "ban sigom donja".
Efektivitas monuver politik elite ini, dapat disebut berhasil. Tgk Nash yang sudah memenangkan konvensi GAM untuk berpasangan dengan Nazar memilih memundurkan diri, meski kepada media mengaku atas kerelaan pribadi dan tanpa tekanan. Mundurnya Tgk Nash dapat disebut misteri yang belum terungkap. Siapa yang paksa, benarkah surat pengunduran diri itu dibuat oleh Tgk Nash, tiada yang tahu pasti. Siapa yang melakukan konsep surat pengunduran diri sampai sekarang tidak diketahui. Semua serba kabur.
Hanya yang sempat tercium, GAM dalam mencalonkan kadernya diyakini pecah. Ada kelompok tua dan ada kelompok muda. Kelompok tua dapat disebut seperti Meuntro Muhammad Usman Lampoh Awe, tgk Zakaria Saman dan Ilyas Abed. Sementara kelompok muda seperti Warzain, Sofyan Dawood, Amni dll.
Lalu, kenapa majunya Hasbi--yang sebelumnya sebagai calon gubernur-- berpasangan dengan Humam meski hanya sebagai calon wakil gubernur dapat disebut sebagai zina politik?
Pertama, terbukti bahwa pasangan Humam-Hasbi tidak didukung GAM, hanya sebahagian kecil saja. Hal ini terlihat dalam rapat ban sigom donja, di mana pasangan ini kalah populer dengan pasangan Nash-Nazar. Dengan majunya Hasbi berarti Hasbi sudah menabrak tempok-tembok yang selama ini dijunjung tinggi.
Dapat disebut kemudian bahwa keikutsertaan Hasbi lebih bernuansa ambisi politik pribadi daripada keinginan luhur untuk memperjuangkan nasib rakyat, apalagi jika disebutkan amanah dari GAM. Karena GAM secara institusi sudah menyatakan tidak akan bertarung dalam Pilkapa.
Jika Hasbi komit, berarti begitu kalah dalam konvensi GAM tidak mungkin akan mencalonkan dirinya lagi, apalagi sebagai wakil gubernur. karena toh tidak didukung oleh GAM. Di sini kemudian sesuai dengan pepatah "jika tak ada rotan, akar pun jadi." Wibawa politik sang calon otomatis berkurang.
Kedua, birahi politik—kehendak untuk berkuasa—yang dimiliki oleh Hasbi disalurkan secara tidak sehat, dan cenderung mengkebiri aturan dan hukum moral yang ada.
Dalam hal demikian, pak Hasbi sudah melakukan zina politik dengan pasangannya Humam Hamid lewat jalur Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Dapat disebut, hubungan Humam-Hasbi sebagai hubungan terlarang—zina politik. []
Apa kaitannya dengan majunya Humam-Hasbi dalam konteks zina politik?
Jauh sebelumnya, baik Humam maupun Hasbi sudah bercita-cita menjadi kepala pemerintahan Aceh ketika proses damai ditandatangani. Khusus pak Hasbi, punya kans dan dukungan moral dari sebahagian kecil rakyat Aceh, karena saudaranya (Tgk Zaini Abdullah) merupakan salah satu tokoh GAM yang tentunya mendapat dukungan dari rakyat Aceh.
Keikutsertaan Hasbi untuk mencalonkan diri dalam pemilihan mendapatkan moment ketika dirinya diyakini bakal mendapat dukungan dari tokoh-tokoh GAM khususnya dari kelompok tua.
Sinyalemen ini tercium, khususnya ketika ada mobilasasi dan surat pernyataan pengumpulan KTP untuk sang calon dapat ditemui di berbagai kios di kampung-kampung. Di mana di situ jelas disebutkan bahwa pengumpulan KTP penduduk atas intruksi dari dirinya.
Kebenaran polemik itu (kebenaran ikut bertarung dalam Pilkapa-Pemilihan Kepala Pemerintahan) semakin terbuka khususnya ketika digelar rapat bangsa Aceh "ban sigom donja" di gedung Dayan Dawood Mai lalu. Dalam rapat ini, pasangan Hasbi-Humam yang mendapatkan dukungan dari kelompok tua gagal mendapatkan suara terbanyak dan kalah populis di banding pasangan Tgk Nash-Nazar, yang didukung oleh sebagian besar wilayah di Aceh.
Kemenangan Nash-Nazar, ternyata tidak menyenangkan sebagian elite GAM dari kelompok tua, yang sebelumnya begitu bersemangat memperjuangkan pasangan Hasbi-Humam. Kelompok elite ini kemudian melakukan berbagai manuver politik, untuk menggagalkan pasangan Nash-Nazar, yang menang secara demokratis dalam rapat "ban sigom donja".
Efektivitas monuver politik elite ini, dapat disebut berhasil. Tgk Nash yang sudah memenangkan konvensi GAM untuk berpasangan dengan Nazar memilih memundurkan diri, meski kepada media mengaku atas kerelaan pribadi dan tanpa tekanan. Mundurnya Tgk Nash dapat disebut misteri yang belum terungkap. Siapa yang paksa, benarkah surat pengunduran diri itu dibuat oleh Tgk Nash, tiada yang tahu pasti. Siapa yang melakukan konsep surat pengunduran diri sampai sekarang tidak diketahui. Semua serba kabur.
Hanya yang sempat tercium, GAM dalam mencalonkan kadernya diyakini pecah. Ada kelompok tua dan ada kelompok muda. Kelompok tua dapat disebut seperti Meuntro Muhammad Usman Lampoh Awe, tgk Zakaria Saman dan Ilyas Abed. Sementara kelompok muda seperti Warzain, Sofyan Dawood, Amni dll.
Lalu, kenapa majunya Hasbi--yang sebelumnya sebagai calon gubernur-- berpasangan dengan Humam meski hanya sebagai calon wakil gubernur dapat disebut sebagai zina politik?
Pertama, terbukti bahwa pasangan Humam-Hasbi tidak didukung GAM, hanya sebahagian kecil saja. Hal ini terlihat dalam rapat ban sigom donja, di mana pasangan ini kalah populer dengan pasangan Nash-Nazar. Dengan majunya Hasbi berarti Hasbi sudah menabrak tempok-tembok yang selama ini dijunjung tinggi.
Dapat disebut kemudian bahwa keikutsertaan Hasbi lebih bernuansa ambisi politik pribadi daripada keinginan luhur untuk memperjuangkan nasib rakyat, apalagi jika disebutkan amanah dari GAM. Karena GAM secara institusi sudah menyatakan tidak akan bertarung dalam Pilkapa.
Jika Hasbi komit, berarti begitu kalah dalam konvensi GAM tidak mungkin akan mencalonkan dirinya lagi, apalagi sebagai wakil gubernur. karena toh tidak didukung oleh GAM. Di sini kemudian sesuai dengan pepatah "jika tak ada rotan, akar pun jadi." Wibawa politik sang calon otomatis berkurang.
Kedua, birahi politik—kehendak untuk berkuasa—yang dimiliki oleh Hasbi disalurkan secara tidak sehat, dan cenderung mengkebiri aturan dan hukum moral yang ada.
Dalam hal demikian, pak Hasbi sudah melakukan zina politik dengan pasangannya Humam Hamid lewat jalur Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Dapat disebut, hubungan Humam-Hasbi sebagai hubungan terlarang—zina politik. []
Tags:
Artikel