Pecinta internet, belakangan ini, sibuk bermain-main facebook, sebuah situs jejaring sosial yang mendadak terkenal di dunia maya. Tak mau ketinggalan, para politisi juga memanfaatkan situs ini, untuk mendongkrak popularitas, atau sekedar agar tak dianggap melek internet. Jika di dunia nyata kita sulit menemui atau berbicara dengan para politisi, namun melalui facebook, mereka merupakan sosok yang mudah ditemui, dan malah terlihat sangat ramah.
Bukan tanpa sebab jika situs facebook begitu populer, sebab, seperti sudah banyak diulas media, melalui situs jejaring sosial ini (meski bukan satu-satunya), Barack Obama, kandidat presiden dari Demokrat mengalahkan rivalnya Hillary Rodham Clinton, salah satu wanita terkuat di dunia. Terinspirasi dari kisah Obama, para politisi kita di tanah air ikut-ikutan latah memanfaatkan media ini untuk mencari popularitas agar dilirik oleh rakyat pada Pemilu 2009 nanti.
Tak salah jika kecenderungan tersebut dapat kita sebut dengan istilah ‘demam facebook’. Pasalnya, kehadiran situs yang didirikan oleh Mark Zuckerberg, Dustin Moskovitz dan Chris Hughes ini memiliki jumlah pengguna 34 juta orang per Juli 2007. Posisinya sebagai situs populer terus meranjak naik, dari posisi 60 pada September 2006 menjadi 7 pada September 2007. Sementara menurut Alexa, situs pembuat rangking web di dunia, facebook menempati urutan 8, dengan traffic rank 5. Sementara menurut situs ensiklopedia virtual, Wikipedia, facebook menjadi situs nomor satu untuk foto di Amerika Serika, mengungguli situs publik lain seperti Flickr, dengan 8,5 juta foto dimuat setiap harinya.
Tak pelak, kesuksesan tersebut mendatangkan pundi-pundi uang untuk perusahaan yang mempekerjakan lebih 1000 karyawan, dengan pendapatan US$10-50 M. Wajar saja jika situs ini kemudian digandrungi sejak dari anak sekolahan sampai presiden sekalipun. Karena, melalui situs ini, popularitas begitu gampang didapat, berbeda dengan di dunia nyata.
Seorang teman saya, sampai berkomentar begini untuk facebook, ‘ ada mainan baru yang membuat lalai pada dunia dan melupakan hari yang lebih kekal di akhirat...nampaknya makin banyak orang yang lagi mentel dengan facebook. Mungkin juga ada sebagian teman saya yang lagi menjalin cerita di facebook ini’. Sebuah komentar yang sangat wajar untuk situs yang pertama muncul pada 4 Februari 2004 ini.
Lalu, apa yang menarik dari situs ini? Situs ini terdiri dari dua kata saja, dan kita pasti sudah mengerti arti dari kata-kata tersebut, yaitu face (wajah) dan book (buku). Jika diterjemahkan secara kasar, facebook berarti ‘wajah buku’, atau bisa juga ‘buku tentang wajah’. Bagi pakar psikologi, wajah sering mampu bercerita banyak hal, termasuk perilaku atau sikap seseorang. Kita bisa mengetahui sesorang sedang marah atau tidak dari wajahnya. Demikian juga dengan orang yang berniat menipu, kita bisa mengetahuinya dari mimik wajah dengan memperhatikan sedikit gerak matanya.
Bagaimana dengan buku? Seperti kita tahu, buku merupakan sumber ilmu dan juga sumber inspirasi. Sebuah persoalan dibahas secara tuntas dalam sebuah buku, tak ada yang ditutupi, kecuali disengaja oleh si penulis buku. Intinya, kita dapat mengetahui sesuatu melalui buku, baik tentang kelebihan seseorang atau kekurangannya, suatu kejadian atau malah sebuah kontroversi. Sebagai pembaca, kita tak pernah dilarang untuk mengetahui secara tuntas setiap persoalan yang dibahas dalam sebuah buku.
Nah, melalui Facebook, kita bisa mengetahui seseorang secara lengkap seperti nama, tanggal lahir, foto wajah, alamat, pekerjaan atau semua informasi seseorang yang disertakan di dalamnnya. Meskipun semua informasi yang ditampilkan di situs tersebut hanya yang baik-baik saja, dan tak jauh berbeda dengan di dunia nyata, di mana para politisi kita selalu menyertakan informasi yang baik-baik saja, seperti yang saya temukan dalam berita-berita tentang Pilkada Pidie Jaya belakangan ini. Semua kandidat yang berkampanye tak pernah mengatakan dirinya jelek. Malah, mereka mengaku sebagai kandidat pilihan yang mampu mengantarkan rakyat Pidie Jaya ke arah yang lebih baik. Perilaku mereka tak ubahnya seperti para politisi yang sedang mempopulerkan diri si situs Facebook, selalu menampilkan sisi baik.
Padahal, sekarang rakyat butuh pemimpin yang jujur, dan berani mengatakan, ‘pilihlah saya agar kalian kubuat sengsara.’ (HA 171008)
Bukan tanpa sebab jika situs facebook begitu populer, sebab, seperti sudah banyak diulas media, melalui situs jejaring sosial ini (meski bukan satu-satunya), Barack Obama, kandidat presiden dari Demokrat mengalahkan rivalnya Hillary Rodham Clinton, salah satu wanita terkuat di dunia. Terinspirasi dari kisah Obama, para politisi kita di tanah air ikut-ikutan latah memanfaatkan media ini untuk mencari popularitas agar dilirik oleh rakyat pada Pemilu 2009 nanti.
Tak salah jika kecenderungan tersebut dapat kita sebut dengan istilah ‘demam facebook’. Pasalnya, kehadiran situs yang didirikan oleh Mark Zuckerberg, Dustin Moskovitz dan Chris Hughes ini memiliki jumlah pengguna 34 juta orang per Juli 2007. Posisinya sebagai situs populer terus meranjak naik, dari posisi 60 pada September 2006 menjadi 7 pada September 2007. Sementara menurut Alexa, situs pembuat rangking web di dunia, facebook menempati urutan 8, dengan traffic rank 5. Sementara menurut situs ensiklopedia virtual, Wikipedia, facebook menjadi situs nomor satu untuk foto di Amerika Serika, mengungguli situs publik lain seperti Flickr, dengan 8,5 juta foto dimuat setiap harinya.
Tak pelak, kesuksesan tersebut mendatangkan pundi-pundi uang untuk perusahaan yang mempekerjakan lebih 1000 karyawan, dengan pendapatan US$10-50 M. Wajar saja jika situs ini kemudian digandrungi sejak dari anak sekolahan sampai presiden sekalipun. Karena, melalui situs ini, popularitas begitu gampang didapat, berbeda dengan di dunia nyata.
Seorang teman saya, sampai berkomentar begini untuk facebook, ‘ ada mainan baru yang membuat lalai pada dunia dan melupakan hari yang lebih kekal di akhirat...nampaknya makin banyak orang yang lagi mentel dengan facebook. Mungkin juga ada sebagian teman saya yang lagi menjalin cerita di facebook ini’. Sebuah komentar yang sangat wajar untuk situs yang pertama muncul pada 4 Februari 2004 ini.
Lalu, apa yang menarik dari situs ini? Situs ini terdiri dari dua kata saja, dan kita pasti sudah mengerti arti dari kata-kata tersebut, yaitu face (wajah) dan book (buku). Jika diterjemahkan secara kasar, facebook berarti ‘wajah buku’, atau bisa juga ‘buku tentang wajah’. Bagi pakar psikologi, wajah sering mampu bercerita banyak hal, termasuk perilaku atau sikap seseorang. Kita bisa mengetahui sesorang sedang marah atau tidak dari wajahnya. Demikian juga dengan orang yang berniat menipu, kita bisa mengetahuinya dari mimik wajah dengan memperhatikan sedikit gerak matanya.
Bagaimana dengan buku? Seperti kita tahu, buku merupakan sumber ilmu dan juga sumber inspirasi. Sebuah persoalan dibahas secara tuntas dalam sebuah buku, tak ada yang ditutupi, kecuali disengaja oleh si penulis buku. Intinya, kita dapat mengetahui sesuatu melalui buku, baik tentang kelebihan seseorang atau kekurangannya, suatu kejadian atau malah sebuah kontroversi. Sebagai pembaca, kita tak pernah dilarang untuk mengetahui secara tuntas setiap persoalan yang dibahas dalam sebuah buku.
Nah, melalui Facebook, kita bisa mengetahui seseorang secara lengkap seperti nama, tanggal lahir, foto wajah, alamat, pekerjaan atau semua informasi seseorang yang disertakan di dalamnnya. Meskipun semua informasi yang ditampilkan di situs tersebut hanya yang baik-baik saja, dan tak jauh berbeda dengan di dunia nyata, di mana para politisi kita selalu menyertakan informasi yang baik-baik saja, seperti yang saya temukan dalam berita-berita tentang Pilkada Pidie Jaya belakangan ini. Semua kandidat yang berkampanye tak pernah mengatakan dirinya jelek. Malah, mereka mengaku sebagai kandidat pilihan yang mampu mengantarkan rakyat Pidie Jaya ke arah yang lebih baik. Perilaku mereka tak ubahnya seperti para politisi yang sedang mempopulerkan diri si situs Facebook, selalu menampilkan sisi baik.
Padahal, sekarang rakyat butuh pemimpin yang jujur, dan berani mengatakan, ‘pilihlah saya agar kalian kubuat sengsara.’ (HA 171008)
Tags:
pojok