Banyak kawan yang bertanya, kenapa tidak menulis ‘pojok gampong’ lagi? Saya tidak tahu harus menjawab apa. Saya akui, belakangan ini memang agak kurang produktif, dan tak mampu menghasilkan satu tulisan pun. Saya tidak tahu kenapa, dan sampai sekarang belum menemukan penyebabnya.
Namun, jika ada kawan yang bertanya kenapa, saya langsung menjawab, sedang bad mood. Ya…penyakit ini yang mengidap pada diri saya belakangan ini. Saya sendiri sebenarnya tidak bisa menjelaskan bagaimana penyakit bad mood tersebut. Hanya saja, saya merasa bawaannya uring-uringan, bete, dan tidak tahu harus berbuat apa. Jika mencoba menulis satu tulisan, sering tidak pernah kelar, bahkan setelah menghabiskan waktu berjam-jam di Laptop mungil saya.
Ingin rasanya memaki diri sendiri, tapi apakah itu menjadi solusi? Saya jadi ragu. Sebab, saya tidak tahu secara jelas apa masalahnya. Saya hanya mengatakan kepada orang-orang, bahwa yang menjadi masalah sekarang adalah saya tidak tahu apa masalahnya.
Saya ingin mengatakan, bahwa belakangan ini saya sering dihantui perasaan takut. Malah, jika terlena main internet, dan jam sudah menunjukkan pukul 02.30, saya tidak berani pulang lagi ke rumah. Ada perasaan kurang enak dan was-was. Biasanya, jika sudah muncul perasaan seperti ini, saya memilih tidak pulang. Akhirnya, saya betah nongkrong di Simpang Surabaya sampai pagi atau sampai warung tutup.
Banyak agenda yang saya rencanakan tidak kelar, dan bisa jadi itu salah satu penyebabnya, kenapa saya tidak mood. Saya ingin ceritakan, bahwa skripsi saya “Propaganda SIRA” sampai sekarang belum saya perbaiki, belum saya tambahkan data-data susulan yang bisa menjadikan skripsi saya makin bermutu. Akibatnya, skripsi tersebut belum bisa saya cetak, meski saya sudah sah menyandang gelar S.Sos.I (jika salah dibaca atau terlalu cepat akan terbaca sosis).
Selain itu, saya ingin sampaikan bahwa saya punya target menerbitkan buku pada hari ulang tahu saya. Itu pun tidak terkejar, karena terlalu sempit waktu, sehingga saya tak selesai mengedit atau memperbaharui tulisan saya, agar layak jika menjadi buku. Kedua hal ini, memperbaiki skripsi dan menerbitkan buku, menjadi agenda yang membuat saya merasa terbebani.
Sebenarnya, saya sudah berusaha rileks dan pulang kampung selama dua hari, namun, tetap saja tak memberi pengaruh bagi usaha produktif saya. Buktinya, sampai saya menulis tulisan berbentuk curhat ini, belum ada tulisan yang berhasil saya tulis. Saya jadi begitu mandul.
Saya juga ingin memberi tahu para pembaca blog saya, bahwa ada beberapa kejadian kecil, yang membuat saya suka marah-marah sendiri. Pertama, saya sering kali malas mengangkat telepon atau membalas SMS dari nomor Hp yang tidak saya kenal. Dalam dua minggu terakhir, nomor HP saya banyak sekali masuk nomor-nomor yang tidak saya kenal. Anehnya, semua nomor itu milik cewek. Ketika saya tanyakan siapa dan dapat nomor saya dari mana, mereka tidak pernah memberitahukannya.
Hal ini membuat saya bertambah bingung. Padahal, saya selalu ingat, jika sama mengirim SMS ke orang, meski saya yakin, dia menyimpan nomor saya, saya pasti menulis nama di bawahnya. Tapi, orang lain tidak melakukannya ketika mengirim SMS untuk saya. Kejadian ini terjadi setelah nomor saya yang pertama hilang beserta nomor yang saya simpan. Namun, saya sudah mengurusnya kembali ke Grapari dan mendapat nomor yang sama. Saya sengaja masih mengaktifkan nomor tersebut untuk memancing nomor kawan-kawan saya, atau agar kawan-kawan tidak marah-marah dan memaki-maki saya, karena mengganti nomor tidak memberitahukan mereka.
Masalahnya mulai muncul, karena saya sering kali takut mengangkat telepon, sebab saya tidak ingat siapa yang sedang menelepon saya. Pernah suatu kali, saya asyik berbicara dengan nomor yang tidak saya kenal, namun kelihatannya saya (begitu juga si penelepon) begitu sangat akrab dengan saya. Padahal sebenarnya saya tidak mengenalnya. Saya sudah mencoba menyimak suaranya siapa tahu saya kenal, tapi usaha saya gagal, karena sampai telepon terputus saya tidak mengenal suaranya.
Saya juga sering kali mendapat makian, karena mencoba menanyakan, “Ini siapa ya?” si Penelepon langsung memvonis saya sudah sombong, sampai tidak lagi menyimpan nomornya. Saya terus terang terganggu dengan vonis tersebut.
Hal-hal seperti ini ternyata tidak hanya terjadi dalam hal komunikasi via telepon saja, melainkan juga di blog saya ini. Beberapa kali saya mendapat komen di buku tamu dari orang yang hanya menulis kode *****(Saya tidak tahu berapa jumlah kode yang pasti). Dia menulis pesan di buku tamu tersebut seperti orang yang sudah kenal lama dengan saya, padahal saya sama sekali tidak ingat padanya. Sudah berulang kali saya mencoba menanyakan namun dia tidak pernah membeberkan siapa dirinya. Saya terus terang sangat terganggu dengan orang yang bersumbunyi seperti ini. Sebab mereka membuat pikiran saya tidak tenang, karena selalu mencoba mencari tahu siapakah dia sebenarnya.
Keinginan saya mengetahui identitasnya membuat saya tidak bisa memikirkan hal-hal lain. Untuk orang ini, saya ingin mengatakan, dia sudah membunuh konsentrasi saya, dan sudah menyakiti hidup saya. Jika dia memang teman saya, saya harus tahu siapa dia. Jika dia musuh saya, saya juga harus mengetahuinya.
Akhirnya, hal-hal kecil seperti itu membuat pikiran saya tidak bisa tenang, dan selalu memikirkannya. Hal ini kemudian berpengaruh pada aktivitas otak saya untuk mengolah hal-hal yang saya lihat, saya dengar, dan saya pikirkan. Sebab, saya tak bisa melakukannya. Sudah beberapa minggu saya menjadi orang yang tidak produktif, karena tidak bisa menghasilkan satu karya tulis pun.
Saya tidak tahu sampai kapan kondisi ini berlangsung. Namun terus terang, saya merasa tersiksa dengan kondisi begitu. Tidak menulis bagi saya sudah menjadi aib, sebab saya kerja di sebuah koran Harian. Mudah-mudahan, setelah menulis ini, ada suasana baru yang saya terima, termasuk saran atau masukan dari pembaca. Mohon maaf jika ada yang tersinggung atau terganggu dengan tulisan ini, terutama atas kata-kata yang salah, sebab saya tidak bergairah untuk mengeditnya kembali. Salam
untuk orang yang suka menggunakan kode ***** ini, mudah-mudahan sadar.
Namun, jika ada kawan yang bertanya kenapa, saya langsung menjawab, sedang bad mood. Ya…penyakit ini yang mengidap pada diri saya belakangan ini. Saya sendiri sebenarnya tidak bisa menjelaskan bagaimana penyakit bad mood tersebut. Hanya saja, saya merasa bawaannya uring-uringan, bete, dan tidak tahu harus berbuat apa. Jika mencoba menulis satu tulisan, sering tidak pernah kelar, bahkan setelah menghabiskan waktu berjam-jam di Laptop mungil saya.
Ingin rasanya memaki diri sendiri, tapi apakah itu menjadi solusi? Saya jadi ragu. Sebab, saya tidak tahu secara jelas apa masalahnya. Saya hanya mengatakan kepada orang-orang, bahwa yang menjadi masalah sekarang adalah saya tidak tahu apa masalahnya.
Saya ingin mengatakan, bahwa belakangan ini saya sering dihantui perasaan takut. Malah, jika terlena main internet, dan jam sudah menunjukkan pukul 02.30, saya tidak berani pulang lagi ke rumah. Ada perasaan kurang enak dan was-was. Biasanya, jika sudah muncul perasaan seperti ini, saya memilih tidak pulang. Akhirnya, saya betah nongkrong di Simpang Surabaya sampai pagi atau sampai warung tutup.
Banyak agenda yang saya rencanakan tidak kelar, dan bisa jadi itu salah satu penyebabnya, kenapa saya tidak mood. Saya ingin ceritakan, bahwa skripsi saya “Propaganda SIRA” sampai sekarang belum saya perbaiki, belum saya tambahkan data-data susulan yang bisa menjadikan skripsi saya makin bermutu. Akibatnya, skripsi tersebut belum bisa saya cetak, meski saya sudah sah menyandang gelar S.Sos.I (jika salah dibaca atau terlalu cepat akan terbaca sosis).
Selain itu, saya ingin sampaikan bahwa saya punya target menerbitkan buku pada hari ulang tahu saya. Itu pun tidak terkejar, karena terlalu sempit waktu, sehingga saya tak selesai mengedit atau memperbaharui tulisan saya, agar layak jika menjadi buku. Kedua hal ini, memperbaiki skripsi dan menerbitkan buku, menjadi agenda yang membuat saya merasa terbebani.
Sebenarnya, saya sudah berusaha rileks dan pulang kampung selama dua hari, namun, tetap saja tak memberi pengaruh bagi usaha produktif saya. Buktinya, sampai saya menulis tulisan berbentuk curhat ini, belum ada tulisan yang berhasil saya tulis. Saya jadi begitu mandul.
Saya juga ingin memberi tahu para pembaca blog saya, bahwa ada beberapa kejadian kecil, yang membuat saya suka marah-marah sendiri. Pertama, saya sering kali malas mengangkat telepon atau membalas SMS dari nomor Hp yang tidak saya kenal. Dalam dua minggu terakhir, nomor HP saya banyak sekali masuk nomor-nomor yang tidak saya kenal. Anehnya, semua nomor itu milik cewek. Ketika saya tanyakan siapa dan dapat nomor saya dari mana, mereka tidak pernah memberitahukannya.
Hal ini membuat saya bertambah bingung. Padahal, saya selalu ingat, jika sama mengirim SMS ke orang, meski saya yakin, dia menyimpan nomor saya, saya pasti menulis nama di bawahnya. Tapi, orang lain tidak melakukannya ketika mengirim SMS untuk saya. Kejadian ini terjadi setelah nomor saya yang pertama hilang beserta nomor yang saya simpan. Namun, saya sudah mengurusnya kembali ke Grapari dan mendapat nomor yang sama. Saya sengaja masih mengaktifkan nomor tersebut untuk memancing nomor kawan-kawan saya, atau agar kawan-kawan tidak marah-marah dan memaki-maki saya, karena mengganti nomor tidak memberitahukan mereka.
Masalahnya mulai muncul, karena saya sering kali takut mengangkat telepon, sebab saya tidak ingat siapa yang sedang menelepon saya. Pernah suatu kali, saya asyik berbicara dengan nomor yang tidak saya kenal, namun kelihatannya saya (begitu juga si penelepon) begitu sangat akrab dengan saya. Padahal sebenarnya saya tidak mengenalnya. Saya sudah mencoba menyimak suaranya siapa tahu saya kenal, tapi usaha saya gagal, karena sampai telepon terputus saya tidak mengenal suaranya.
Saya juga sering kali mendapat makian, karena mencoba menanyakan, “Ini siapa ya?” si Penelepon langsung memvonis saya sudah sombong, sampai tidak lagi menyimpan nomornya. Saya terus terang terganggu dengan vonis tersebut.
Hal-hal seperti ini ternyata tidak hanya terjadi dalam hal komunikasi via telepon saja, melainkan juga di blog saya ini. Beberapa kali saya mendapat komen di buku tamu dari orang yang hanya menulis kode *****(Saya tidak tahu berapa jumlah kode yang pasti). Dia menulis pesan di buku tamu tersebut seperti orang yang sudah kenal lama dengan saya, padahal saya sama sekali tidak ingat padanya. Sudah berulang kali saya mencoba menanyakan namun dia tidak pernah membeberkan siapa dirinya. Saya terus terang sangat terganggu dengan orang yang bersumbunyi seperti ini. Sebab mereka membuat pikiran saya tidak tenang, karena selalu mencoba mencari tahu siapakah dia sebenarnya.
Keinginan saya mengetahui identitasnya membuat saya tidak bisa memikirkan hal-hal lain. Untuk orang ini, saya ingin mengatakan, dia sudah membunuh konsentrasi saya, dan sudah menyakiti hidup saya. Jika dia memang teman saya, saya harus tahu siapa dia. Jika dia musuh saya, saya juga harus mengetahuinya.
Akhirnya, hal-hal kecil seperti itu membuat pikiran saya tidak bisa tenang, dan selalu memikirkannya. Hal ini kemudian berpengaruh pada aktivitas otak saya untuk mengolah hal-hal yang saya lihat, saya dengar, dan saya pikirkan. Sebab, saya tak bisa melakukannya. Sudah beberapa minggu saya menjadi orang yang tidak produktif, karena tidak bisa menghasilkan satu karya tulis pun.
Saya tidak tahu sampai kapan kondisi ini berlangsung. Namun terus terang, saya merasa tersiksa dengan kondisi begitu. Tidak menulis bagi saya sudah menjadi aib, sebab saya kerja di sebuah koran Harian. Mudah-mudahan, setelah menulis ini, ada suasana baru yang saya terima, termasuk saran atau masukan dari pembaca. Mohon maaf jika ada yang tersinggung atau terganggu dengan tulisan ini, terutama atas kata-kata yang salah, sebab saya tidak bergairah untuk mengeditnya kembali. Salam
untuk orang yang suka menggunakan kode ***** ini, mudah-mudahan sadar.
Tags:
biografi