Jumat (5/11) malam, kepengurusan PWI Cabang Aceh periode 2010-2015 hasil Konferensi Cabang (Konfercab) X pada 25-26 September 2010 lalu dilantik oleh Ketua Umum PWI Pusat, Margiono. Pelantikan pengurus baru yang dipimpin Tarmilin Usman dipusatkan di Anjong Mon Mata Banda Aceh. Banyak harapan disematkan kepada pengurus baru PWI tersebut.
Di antara harapan itu adalah pembinaan wartawan. Hal ini sangat penting dilakukan. Selama ini, sedikit sekali organisasi PWI melakukan pembinaan, terutama terhadap anggotanya. Banyak pelatihan peningkatan kapasitas wartawan justru dilakukan oleh lembaga lain. Padahal, sebagai organisasi profesi yang termasuk tertua di Indonesia, selayaknya PWI memberdayakan para anggotanya sehingga menjadi wartawan profesional.
Selain pembinaan, PWI juga hendaknya menjadikan peningkatan kompetensi wartawan sebagai agenda yang musti dilaksanakan oleh pengurus baru. Di dunia yang serba berubah ini, peningkatan kompetensi wartawan sangat penting di lakukan. Sehingga ke depan, tidak sembarang orang bisa menjadi wartawan. Jika pengalaman selama ini, siapa saja boleh menjadi wartawan, ke depan syaratnya justru harus diperketat. Untuk menjadi wartawan tidak boleh segampang sekarang. Perlu ada lembaga khusus atau meminta lembaga yang sudah ada untuk melakukan uji kompetensi wartawan. Dengan demikian, yang jadi wartawan benar-benar sudah melalui ujian kompetensi, tidak lagi berdasarkan kebijakan internal media atau karena kedekatan dengan orang dalam media.
Maraknya kekerasan dan teror terhadap para wartawan juga harus menjadi perhatian para pengurus baru. Sebagai organisasi tempat bernaungnya para wartawan, PWI harus berada di depan dalam membela wartawan. Jika dulu, terutama di masa Orde baru, PWI selalu menjadi alat kekuasaan untuk mengatur dan menghambat kerja wartawan, maka sekarang PWI harus berada di barisan depan membela wartawan dari dahsyatnya gempuran kekuasaan. Meski tak harus jauh dari kekuasaan, tapi PWI perlu menjadi benteng yang menjaga wartawan dari intimidasi kekuasaan.
Advokasi terhadap para wartawan sejatinya juga menjadi hal yang tak boleh diabaikan. Hendaknya advokasi tidak hanya terhadap anggota PWI saja, melainkan juga terhadap wartawan secara keseluruhan meski tidak menjadi anggota PWI. Karena itu, PWI di bawah pengurus yang baru harus membangun komunikasi sinergis dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan asosiasi wartawan lainnya. Sehingga terbentuk simpul kebersamaan berdasarkan kesamaan profesi. Semakin kuat simpul ini, membuat para wartawan tidak lagi berada di dalam bayang-bayang ketakutan, karena sudah ada jaminan pembelaan dan advokasi dari sejumlah lembaga.
Yang tak boleh dilupakan, dan menjadi tugas PWI, adalah memperjuangkan upah yang layak kepada para jurnalis. Diakui atau tidak, upah para jurnalis—kadang-kadang berkutat dengan maut—sangat kecil sekali dan jauh di bawah standar. Karena itu PWI Aceh juga perlu memperjuangkan upah yang layak minimal di tingkat Propinsi. Upah yang layak ini untuk menghindari para wartawan berbuat ‘nakal’, seperti menjadi wartawan amplop, wartawan pemeras dan juga wartawan yang tidak menjaga nama baik profesi. Karena wartawan yang demikian justru memperburuk citra pers di mata masyarakat.
Tak hanya itu, PWI Aceh di bawah pengurus yang baru harus lebih tegas terhadap anggota. Jika ada anggota yang terbukti melecehkan profesi harus diberikan sanksi, kalau perlu dicabut dari keanggotaan PWI.
Terakhir, untuk menciptakan wartawan profesional, PWI perlu mensosialisasikan Kode Etik Jurnalistik (KEJ) kepada para wartawan terutama yang bernaung di bawah PWI. Sosialisasi KEJ ini sepertinya sangat kurang dilakukan. Karena, ada sebagian wartawan yang tidak pernah tahu isi Kode Etik Jurnalistik (KEJ) atau malah tidak pernah membacanya. Ini sangat ironis sekali. Padahal KEJ ini menjadi rambu bagi wartawan dalam menjalankan profesinya seperti diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
Terakhir, kami jajaran redaksi Harian Aceh mengucapkan selamat atas pelantikan pengurus PWI periode 2010-2015, semoga PWI menjadi tempat yang aman bernaung para wartawan serta menjadi pembela wartawan! (HA 061110)
Tags:
editorial