Salah satu majalah
terkemuka, Newsweek, sudah mengumumkan menghentikan edisi cetak pada akhir
Desember 2012. Mereka memantapkan diri akan terbit versi online, mulai awal
tahun depan, dengan nama Newsweek Global. "Kami
mengalihkan Newsweek, tidak menyatakan selamat tinggal," seperti
tertulis dalam pernyataan Tina Brown, pemimpin redaksi dan pendiri situs
internet Newsweek Daily Beast Company seperti dilansir BBC.
Kenapa pemilik majalah yang
sudah berusia 80 tahun mengambil keputusan radikal tersebut? Alasannya, terjadi
penurunan pendapatan dari iklan dan pelanggan mulai menyusut. Majalah tersebut
dikabarkan terus merugi sejak beberapa tahun terakhir. Pada 2008, Newsweek
mengalami kerugian operasional US$15,4 juta, lalu pada 2009 nilai kerugian
meningkat lagi menjadi US$28,1 juta. Pada tahun 2010, Majalah tersebut tetap
merugi.
Bagi saya, informasi ini
sama sekali tidak mengejutkan. Kenapa? Di Amerika Serikat, jumlah koran terus
menurun sejak tahun 1959. Sebanyak 300 ribu lebih koran sudah tutup sejak itu. Direktur
online broadcast di Committee of Concerned Journalistics (CCJ), Wally Dean,
menyebutkan, oplah koran terus menurun sebesar 1 persen setiap tahunnya dalam
20 tahun terakhir ini.
Penyebabnya tak hanya
karena media online tumbuh pesat, melainkan pendapatan dari iklan mulai
berkurang, oplah merosot, pemasang iklan juga mulai beralih ke media online,
sementara harga kertas melambung. Bayangkan, Tribune Company yang memiliki
Koran-koran besar seperti Los Angeles Times, Chicago Tribune, dan lain-lain
mengajukan diri bangkrut, setelah pemasukan mereka turun cukup tajam, dan juga
menanggung hutang 13 miliar dollar AS.
me & newsweek |
Namun, kata Meyer, pembaca
koran terakhir akan menghilang pada September 2043 (The last daily reader will disappear in September 2043). Malah,
sebutnya, pada April 2043 hanya tersisa satu orang kiri yang masih membaca
koran. Pertanyaannya, apakah begitu tragisnya nasib media cetak sampai
ditinggalkan oleh pembaca setianya? Tak juga. Jika media mau berbenah, masih
ada harapan untuk tetap menjaga eksistensi media cetak. Caranya, memperkuat
konten dengan tulisan-tulisan mendalam menggunakan gaya narasi yang memikat.
Saya kira ini yang mulai dilakukan media-media cetak di luar negeri, meski ini
juga tidak begitu menolong.
Setidaknya ini alasan yang
diberikan oleh pemilik Newsweek. "Keputusan ini bukan tentang kualitas
merek atau jurnalistik, karena masih akan tetap kuat selamanya. Ini merupakan
tantangan ekonomi dalam percetakan dan distribusi."
Saya yakin, Newsweek bukan
media terakhir yang mengambil keputusan demikian!
Tags:
catatan