Ada yang berbeda di Kompasiana sejak kemunculan Mariska Lubis. Blog Kompasiana menjadi lebih semarak, dan postingannya tak lagi melulu tema politik, seperti pengalaman menjelang Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden lalu. Di mana, masing-masing kompasianer (sebutan untuk blogger Kompasiana) berlomba-lomba menulis tentang tema politik, membela partai yang didukungnya atau kandidat presiden yang disukainya. Tak heran, jika posting-posting itu kemudian menjadi polemik berkepanjangan karena tak henti-hentinya dikomentari pembaca, termasuk yang memprotesnya.
Kini, setelah kehadiran Mariska Lubis, yang juga dikenal pakar dalam tema seks, posting-posting di Kompasiana sarat dengan nuansa seks. Bahkan, posting Mariska Lubis selalu jadi hit, dan dibaca oleh ribuan pecinta. Pembaca rela menunggu dan menghabiskan banyak waktu untuk membaca dan mengomentari posting-posting tersebut. Posting bertema seks (minimal judulnya sudah mencerminkan seks) ternyata banyak digandrungi pembaca.
Kita jadinya semakin jarang membaca tulisan-tulisan terbaru dari bung Chappy Hakim, Rahardi Ramelan, atau bung Taufik K Mihardja, yang bertema lebih serius dan mencerahkan. Rumah sehat Kompasiana akhirnya dimonopoli oleh Mariska Lubis. Salahkan Mariska?
Jauh sebelum Mariska, sebenarnya banyak posting bertema seks yang sudah ditulis dan tersebar di sejumlah blog, dan sudah pasti banyak diminati pembaca. Tema tersebut bukan booming sesaat seperti blog yang diasosiasikan dekat dengan kalangan radikal Islam, yang menuai traffic tinggi begitu blog tersebut muncul di media dan diulas di mana-mana, apalagi setelah polisi juga memelototi blog tersebut.
Jika tak salah, di KoKi (Kompas Kita), yang kini sudah tidak aktif lagi, banyak juga postingan berbau seks, dan tentu saja sangat diminati. Bahkan, dalam satu obrolan dengan penulis di KoKi, pembaca tulisan-tulisannya jauh mengalahkan Mariska yang muncul belakangan. Ini menunjukkan bahwa tema seks benar-benar obat mujarab untuk menyaring pembaca. Blog-blog yang bertema seks sudah pasti akan ditunggui dan dikunjungi terus menerus, karena banyak kepuasan yang didapatkan setelah membacanya.
Inilah pergeseran minat, setelah sebelumnya tema politik yang lebih banyak menghiasi halaman blog. Saya tak bisa memastikan apakah posting tema seks ini hanya fenomena sesaat atau akan terus berlanjut, karena memang ada pasarnya tersendiri. Saya setuju dengan pendapat bung Pepih Nugraha, bahwa punya pendirian itu penting, latah takkan menghasilkan apa-apa, ketika mengomentari kecenderungan penulis dengan memposting tema-tema seks mengikuti Mariska Lubis.
Namun, jika ada isu baru yang lebih hot dan menyita perhatian publik, seperti yang terjadi dengan klaim budaya oleh negara tetangga, maka postingan di Kompasiana juga akan mengikuti trend tersebut. Tak ada tema yang benar-benar hegemonik dan mengalahkan tema-tema lain. Semuanya tergantung trend dan isu.
Soal tema seks digandrungi pembaca, saya memiliki pengalaman tersendiri, setelah mempromosikan satu postingan yang sengaja saya tujukan untuk meningkatkan traffic blog ini. Hasilnya sangat luar biasa, meskipun ini posting lama, tetapi sekarang jadi primadona di blog saya. Dulu, saat menulis posting ini, saya memang sengaja meniatkan untuk menaikkan traffic blog agar cepat di-index oleh google (maklum blog masih baru, jadi perlu triks agar cepat jadi dikenal oleh Om google). Mengingat itu, jadi jadi tertawa sendiri meski tak berniat menghapusnya. Karena, walau bagaimana pun, posting tersebut ‘perlu’ untuk menjaring traffic ke blog ini sehingga tetap stabil. Maaf untuk pembaca jika tak berkenan.
Kita jadinya semakin jarang membaca tulisan-tulisan terbaru dari bung Chappy Hakim, Rahardi Ramelan, atau bung Taufik K Mihardja, yang bertema lebih serius dan mencerahkan. Rumah sehat Kompasiana akhirnya dimonopoli oleh Mariska Lubis. Salahkan Mariska?
Jauh sebelum Mariska, sebenarnya banyak posting bertema seks yang sudah ditulis dan tersebar di sejumlah blog, dan sudah pasti banyak diminati pembaca. Tema tersebut bukan booming sesaat seperti blog yang diasosiasikan dekat dengan kalangan radikal Islam, yang menuai traffic tinggi begitu blog tersebut muncul di media dan diulas di mana-mana, apalagi setelah polisi juga memelototi blog tersebut.
Jika tak salah, di KoKi (Kompas Kita), yang kini sudah tidak aktif lagi, banyak juga postingan berbau seks, dan tentu saja sangat diminati. Bahkan, dalam satu obrolan dengan penulis di KoKi, pembaca tulisan-tulisannya jauh mengalahkan Mariska yang muncul belakangan. Ini menunjukkan bahwa tema seks benar-benar obat mujarab untuk menyaring pembaca. Blog-blog yang bertema seks sudah pasti akan ditunggui dan dikunjungi terus menerus, karena banyak kepuasan yang didapatkan setelah membacanya.
Inilah pergeseran minat, setelah sebelumnya tema politik yang lebih banyak menghiasi halaman blog. Saya tak bisa memastikan apakah posting tema seks ini hanya fenomena sesaat atau akan terus berlanjut, karena memang ada pasarnya tersendiri. Saya setuju dengan pendapat bung Pepih Nugraha, bahwa punya pendirian itu penting, latah takkan menghasilkan apa-apa, ketika mengomentari kecenderungan penulis dengan memposting tema-tema seks mengikuti Mariska Lubis.
Namun, jika ada isu baru yang lebih hot dan menyita perhatian publik, seperti yang terjadi dengan klaim budaya oleh negara tetangga, maka postingan di Kompasiana juga akan mengikuti trend tersebut. Tak ada tema yang benar-benar hegemonik dan mengalahkan tema-tema lain. Semuanya tergantung trend dan isu.
Soal tema seks digandrungi pembaca, saya memiliki pengalaman tersendiri, setelah mempromosikan satu postingan yang sengaja saya tujukan untuk meningkatkan traffic blog ini. Hasilnya sangat luar biasa, meskipun ini posting lama, tetapi sekarang jadi primadona di blog saya. Dulu, saat menulis posting ini, saya memang sengaja meniatkan untuk menaikkan traffic blog agar cepat di-index oleh google (maklum blog masih baru, jadi perlu triks agar cepat jadi dikenal oleh Om google). Mengingat itu, jadi jadi tertawa sendiri meski tak berniat menghapusnya. Karena, walau bagaimana pun, posting tersebut ‘perlu’ untuk menjaring traffic ke blog ini sehingga tetap stabil. Maaf untuk pembaca jika tak berkenan.
Tags:
internet