Turnamen Sepakbola Internasional "Gubernur Aceh Cup 2012" baru saja usai. Kita pun sudah mengetahui klub yang menjadi kampiun juara, yaitu Atjeh FC setelah membungkam Semen Padang 2-0. Turnamen itu sekaligus menjadi sajian hiburan bagi publik Aceh di akhir tahun, yang selama ini tak pernah melewatkan momen pertandingan sepak bola.
Kita pantas bergembira, setidaknya karena dua alasan: Pertama, turnamen sepakbolaa tersebut berjalan aman, damai, dan tanpa diwarnai 'adegan' kekerasan, seperti layaknya event-event serupa di Indonesia. Ini sekaligus membuktikan bahwa sepak bola tak melulu harus berdarah-darah. Dan kita pantas memberi apreasiasi untuk pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
cover offside 04 |
Kedua, lancarnya pelaksanaan turnamen tersebut menunjukkan bahwa Aceh mampu menggelar event-event 'berstatus' turnamen internasional. Hal ini semakin menegaskan bahwa Aceh terbuka terhadap dunia internasional, dan dunia tidak perlu khawatir dengan stigma Aceh tidak kondusif. Citra Aceh jadi terangkat, dan semoga saja menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Aceh. Tujuan akhirnya, bagaimana para investor mau menanamkan modalnya di Aceh.
Alasan-alasan itu menjadi masuk akal, apalagi momen yang digelar di penutup tahun itu mengusung tujuan memperkenalkan Aceh plus sebagai ajang promosi Aceh. Melalui momen tersebut Pemerintah Aceh yang sedang menggalakkan visit Aceh 2013 berharap mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Aceh. Prinsip sekali mendayung dua pulau terlampaui, setidaknya lekas tercapai: wisatawan meningkat, investor terpikat, dan masyarakat Aceh juga terhibur.
Layaknya sebuah turnamen, pastilah ada kelemahan di sana-sini. Tak selalu persiapan membuahkan hasil maksimal. Sebut saja, kejadian memalukan yang mengiringi perhelatan itu, seperti terekam dalam laga Semen Padang versus DPNM Brunai Darussalam. Saat laga sedang berjalan, listrik tiba-tiba padam. Bagi publik Aceh, kejadian listrik padam sudah hal biasa dan menjadi menu sehari-hari. Tapi tidak halnya bagi tim dari negeri seberang, Brunai Darussalam.
"Ini pengalaman pertama saya setelah 20 tahun selama menjadi pelatih," kata pelatih Brunai. Selaku tuan rumah (tamu), kita pantas malu dengan kejadian tersebut. Wajar jika kemudian muncul cemoohan dan olok-olokan, mulai di warung-warung kopi hingga di jejaring sosial. "Peumalee jamee adat geutanyoe" yang dipelesetkan dari tagline visit Banda Aceh 2012 "Peumulia jamee adat geutanyoe".
Soal mati listrik ini hanya satu contoh dari ulasan Tabloid kita di edisi 4 ini, “Tak ada gading yang tak retak”. Selebihnya masih banyak laporan menarik lainnya, termasuk rangkuman istri atau pacar pemain sepakbola yang paling eksis sepanjang 2012, transfer jitu pemain liga primer Inggris. Jangan lewatkan pula ulasan liga-liga Eropa, seperti sebelumnya. Edisi penutup tahun ini hadir lebih elegan, termasuk galeri foto tentang euphoria kemenangan tim Aceh FC. Selamat membaca!
---offside no 04 (1-7 januari 2013)
Tags:
editorial