What's on your mind? Apa yang ada di pikiranmu? Begitulah pertanyaan yang sering kita hadapi tiap membuka situs jejaring sosial, Facebook. Pertanyaannya memang sederhana, dan kita tak pernah bosan untuk menjawabnya. Bayangkan jika kita tak punya ide atau sesuatu yang dipikirkan, apa yang harus kita jawab? Pasti galau, bukan?
Dalam menulis blog juga demikian. Memang blog tidak mengajukan pertanyaan seperti Facebook, tapi sebagai blogger kita sadar bahwa tiap seminggu sekali (ada yang tiap hari) kita harus menulis sesuatu di blog. Apakah itu wajib? Tidak juga. Tapi tak mungkin kita membiarkan blog yang sudah susah-payah kita bangun kosong tanpa update terbaru. Nah, apa yang kita tulis itu sebenarnya adalah ide yang sedang kita pikirkan. Apakah dalam menulis kita butuh ide? Saya rasa demikian.
Setelah punya ide, langkah selanjutnya adalah menulis ide itu ditulis semenarik mungkin agar orang-orang mau membacanya. Sesederhana itu? Ya tidak donk. Selain tulisan kita menarik, juga harus bagus dan bermanfaat. Selain itu, sekarang, tak hanya bermanfaat bagi pembaca, melainkan juga ramah di mesin pencari. Kenapa? Biar tulisan kita muncul di halaman pertama mesin pencari terbesar di dunia itu. Hal terakhir ini sering dilakukan oleh para blogger yang sering mencari 'manfaat' dari aktivitas blogging.
Lalu, bagaimana membuat tulisan menarik dan bagus? Judulnya harus menggoda dan 'memaksa' orang-orang untuk membaca isinya. Kadang sering tulisan bagus dan menarik tidak dibaca karena judulnya tak menggoda pembaca. Nah, buat judul semenarik mungkin, kalau perlu sedikit kontroversial, tetapi harus mencerminkan isi tulisan. Artinya, jangan menipu pembaca dengan judul bombastis, sementara isi tulisan hanya biasa saja. Kalau anda melakukan itu, siap-siaplah mereka segera mengklik tombol 'close' di sudut halaman browser blog anda.
Memang banyak penulis yang kesulitan membuat judul tulisan yang menarik, singkat, padat dan mengoda. Namun, bagi sebagian penulis, judul tulisan itu bukan masalah besar. Memang sudah seharusnya soal judul ini jangan sampai membuat kita terkendala dalam menulis. Judul itu urusan teknis. Dia bisa ditulis sebelum paragraf-demi-paragraf kita tulis atau boleh kita tulis belakangan ketika tulisan selesai. Ini saya kira hanya soal gaya menulis saja.
Ada yang lebih penting sebenarnya. Yaitu, fokus dulu pada kedalaman isi. Kalau isi tulisan sudah bagus pasti nanti judulnya juga kuat. Namun tak sedikit juga para blogger yang kesulitan menulis jika belum menemukan judul yang pas. Saya sendiri juga sering mengalaminya. Kadang saya sulit untuk terus menulis jika belum punya sebuah judul, sekali pun judul asal-asalan.
Bagi saya, judul sering berfungsi sebagai kompas yang memandu saya agar fokus menulis suatu tema sehingga tidak melebar kemana-mana. Judul akan menuntun saya, apa yang ingin saya capai dari tulisan, juga bagaimana endingnya. Karena itu, ketika mulai menulis, biasanya saya menyiapkan dulu untuk menulis judul asal-asalan, yang penting saya punya gambaran tentang ruang-lingkup tulisan yang ingin saya tulis. Judul final akan saya berikan begitu tulisan selesai atau setelah saya membaca ulang tulisan.
Tapi, tak jarang juga, saya tak begitu memerdulikan judul, karena biasanya ketika mau menulis saya sudah punya gambaran tentang apa yang ingin saya tulis, termasuk tujuan yang ingin saya capai melalui tulisan. Dalam beberapa kasus, biasanya, tulisan saya justru sudah selesai di kepala: artinya saya tinggal menuliskan saja dalam bentuk tulisan. Bagi saya, inilah berkah yang saya terima, meski pada praktiknya sering saya abaikan. Kenapa?
Ide itu bisa datang dari mana saja, di mana saja, dan dari siapa saja. Kadang, ide muncul ketika membaca buku, membaca koran, berdialog dengan seseorang, hasil menonton berita, SMS dari seorang teman, sebuah mimpi atau bahkan dari membaca komentar-komentar dalam sebuah posting di blog. Kita sering tak menyadari, bahkan menyia-nyiakannya. Ini terjadi tatkala ketika ide itu muncul kita tak langsung menuliskannya, apakah itu dalam bentuk catatan kecil, mencatat di handphone atau menulis di status facebook atau kicauan di twitter. Jadi jadi soal jika ide itu hanya berbentuk potongan kalimat atau sebuah kata. Sebab, sesingkat apapun ide itu, tetap merupakan sebuah tema besar, dan akan menjadi hebat saat kita mampu menuliskannya secara lebih hebat pula. Bukankah banyak penemuan besar itu justru dimulai dengan secuil ide kecil?
Mulai sekarang, cobalah untuk selalu mencatat tiap ide yang muncul. Jangan pernah biarkan ia menghilang sia-sia. Saya pikir mencatat ide yang muncul di mana pun itu penting dilakukan. Karena kita tidak pernah tahu apakah ide itu akan terus bersama kita atau hilang ditelan kesibukan kita sendiri. Kita makhluk yang pelupa. Aktivitas kita yang cukup padat sering membuat kita lupa pada hal-hal kecil, termasuk ide yang melintas sekilas. Karena itu, usahakan untuk mencatatnya. Tanamkan dalam diri kita bahwa ide itu suatu saat akan berguna. Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi seorang penulis selain kehilangan ide yang mau dituliskannya, dan ini sangat menyiksa.
Jangan pernah anggap urusan sepele aktivitas mencatat ide. Karena banyak penulis besar juga melakukannya. Sebagai contoh, Eep Saifullah Fattah, penulis yang kita kenal juga sangat fasih berbicara itu dulunya mengaku sangat sering mencatat ide-ide atau ilham yang muncul secara tiba-tiba. Dia biasa memanfaatkan notes kecil, tisu atau secarik kertas di sebuah pertemuan untuk mencatat ide yang muncul tersebut. Bahkan, saat-saat produktifnya menulis sepanjang 1999-2000, di perjalanan sambil membawa mobil sering mendiktekan ide yang dipikirkannya kepada istrinya untuk ditulis. Tulisan yang didiktekan itu akan menjadi tulisan utuh begitu Eep sampai di tempat tujuan, atau ketika tiba di sebuah kantor media yang memesan kolom politik darinya.
Nah, kita yang ingin fokus di dunia blogging dan bercita-cita menjadi penulis produktif harus selalu mensyukuri setiap ide yang muncul dengan mencatatkannya. Sebab, kita tak pernah tahu, apakah ide itu akan terus menghantui kita atau justru akan hilang ditelan waktu. Saya sudah pernah mengalaminya (kehilangan ide) berkali-kali, dan itu sangat menyakitkan! Anda juga demikian, bukan? []
Dalam menulis blog juga demikian. Memang blog tidak mengajukan pertanyaan seperti Facebook, tapi sebagai blogger kita sadar bahwa tiap seminggu sekali (ada yang tiap hari) kita harus menulis sesuatu di blog. Apakah itu wajib? Tidak juga. Tapi tak mungkin kita membiarkan blog yang sudah susah-payah kita bangun kosong tanpa update terbaru. Nah, apa yang kita tulis itu sebenarnya adalah ide yang sedang kita pikirkan. Apakah dalam menulis kita butuh ide? Saya rasa demikian.
Setelah punya ide, langkah selanjutnya adalah menulis ide itu ditulis semenarik mungkin agar orang-orang mau membacanya. Sesederhana itu? Ya tidak donk. Selain tulisan kita menarik, juga harus bagus dan bermanfaat. Selain itu, sekarang, tak hanya bermanfaat bagi pembaca, melainkan juga ramah di mesin pencari. Kenapa? Biar tulisan kita muncul di halaman pertama mesin pencari terbesar di dunia itu. Hal terakhir ini sering dilakukan oleh para blogger yang sering mencari 'manfaat' dari aktivitas blogging.
Lalu, bagaimana membuat tulisan menarik dan bagus? Judulnya harus menggoda dan 'memaksa' orang-orang untuk membaca isinya. Kadang sering tulisan bagus dan menarik tidak dibaca karena judulnya tak menggoda pembaca. Nah, buat judul semenarik mungkin, kalau perlu sedikit kontroversial, tetapi harus mencerminkan isi tulisan. Artinya, jangan menipu pembaca dengan judul bombastis, sementara isi tulisan hanya biasa saja. Kalau anda melakukan itu, siap-siaplah mereka segera mengklik tombol 'close' di sudut halaman browser blog anda.
Memang banyak penulis yang kesulitan membuat judul tulisan yang menarik, singkat, padat dan mengoda. Namun, bagi sebagian penulis, judul tulisan itu bukan masalah besar. Memang sudah seharusnya soal judul ini jangan sampai membuat kita terkendala dalam menulis. Judul itu urusan teknis. Dia bisa ditulis sebelum paragraf-demi-paragraf kita tulis atau boleh kita tulis belakangan ketika tulisan selesai. Ini saya kira hanya soal gaya menulis saja.
Ada yang lebih penting sebenarnya. Yaitu, fokus dulu pada kedalaman isi. Kalau isi tulisan sudah bagus pasti nanti judulnya juga kuat. Namun tak sedikit juga para blogger yang kesulitan menulis jika belum menemukan judul yang pas. Saya sendiri juga sering mengalaminya. Kadang saya sulit untuk terus menulis jika belum punya sebuah judul, sekali pun judul asal-asalan.
Bagi saya, judul sering berfungsi sebagai kompas yang memandu saya agar fokus menulis suatu tema sehingga tidak melebar kemana-mana. Judul akan menuntun saya, apa yang ingin saya capai dari tulisan, juga bagaimana endingnya. Karena itu, ketika mulai menulis, biasanya saya menyiapkan dulu untuk menulis judul asal-asalan, yang penting saya punya gambaran tentang ruang-lingkup tulisan yang ingin saya tulis. Judul final akan saya berikan begitu tulisan selesai atau setelah saya membaca ulang tulisan.
Tapi, tak jarang juga, saya tak begitu memerdulikan judul, karena biasanya ketika mau menulis saya sudah punya gambaran tentang apa yang ingin saya tulis, termasuk tujuan yang ingin saya capai melalui tulisan. Dalam beberapa kasus, biasanya, tulisan saya justru sudah selesai di kepala: artinya saya tinggal menuliskan saja dalam bentuk tulisan. Bagi saya, inilah berkah yang saya terima, meski pada praktiknya sering saya abaikan. Kenapa?
Ide itu bisa datang dari mana saja, di mana saja, dan dari siapa saja. Kadang, ide muncul ketika membaca buku, membaca koran, berdialog dengan seseorang, hasil menonton berita, SMS dari seorang teman, sebuah mimpi atau bahkan dari membaca komentar-komentar dalam sebuah posting di blog. Kita sering tak menyadari, bahkan menyia-nyiakannya. Ini terjadi tatkala ketika ide itu muncul kita tak langsung menuliskannya, apakah itu dalam bentuk catatan kecil, mencatat di handphone atau menulis di status facebook atau kicauan di twitter. Jadi jadi soal jika ide itu hanya berbentuk potongan kalimat atau sebuah kata. Sebab, sesingkat apapun ide itu, tetap merupakan sebuah tema besar, dan akan menjadi hebat saat kita mampu menuliskannya secara lebih hebat pula. Bukankah banyak penemuan besar itu justru dimulai dengan secuil ide kecil?
Mulai sekarang, cobalah untuk selalu mencatat tiap ide yang muncul. Jangan pernah biarkan ia menghilang sia-sia. Saya pikir mencatat ide yang muncul di mana pun itu penting dilakukan. Karena kita tidak pernah tahu apakah ide itu akan terus bersama kita atau hilang ditelan kesibukan kita sendiri. Kita makhluk yang pelupa. Aktivitas kita yang cukup padat sering membuat kita lupa pada hal-hal kecil, termasuk ide yang melintas sekilas. Karena itu, usahakan untuk mencatatnya. Tanamkan dalam diri kita bahwa ide itu suatu saat akan berguna. Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi seorang penulis selain kehilangan ide yang mau dituliskannya, dan ini sangat menyiksa.
Jangan pernah anggap urusan sepele aktivitas mencatat ide. Karena banyak penulis besar juga melakukannya. Sebagai contoh, Eep Saifullah Fattah, penulis yang kita kenal juga sangat fasih berbicara itu dulunya mengaku sangat sering mencatat ide-ide atau ilham yang muncul secara tiba-tiba. Dia biasa memanfaatkan notes kecil, tisu atau secarik kertas di sebuah pertemuan untuk mencatat ide yang muncul tersebut. Bahkan, saat-saat produktifnya menulis sepanjang 1999-2000, di perjalanan sambil membawa mobil sering mendiktekan ide yang dipikirkannya kepada istrinya untuk ditulis. Tulisan yang didiktekan itu akan menjadi tulisan utuh begitu Eep sampai di tempat tujuan, atau ketika tiba di sebuah kantor media yang memesan kolom politik darinya.
Nah, kita yang ingin fokus di dunia blogging dan bercita-cita menjadi penulis produktif harus selalu mensyukuri setiap ide yang muncul dengan mencatatkannya. Sebab, kita tak pernah tahu, apakah ide itu akan terus menghantui kita atau justru akan hilang ditelan waktu. Saya sudah pernah mengalaminya (kehilangan ide) berkali-kali, dan itu sangat menyakitkan! Anda juga demikian, bukan? []
Tags:
Blogging