Resolusi Blogger Aceh 2019: Sebuah Refleksi

Pekerja online
Tiap menjelang pergantian tahun, banyak orang membuat dan merancang resolusi hidup untuk satu tahun ke depan. Namanya saja resolusi, pasti ada yang realistis dan ada juga yang tidak. Saya pun tak ketinggalan membuat resolusi untuk setahun mendatang.

Biasanya saya cuma membuat dan merancang tiga resolusi untuk setahun kemudian. Kenapa hanya tiga? Selain mudah ketika melakukan evaluasi, juga biar tidak terkesan cet langet terlampau kelewatan. Dan, kalau ada target yang tidak tercapai, kita tinggal memasukkannya lagi sebagai resolusi untuk setahun ke depan.

Tahun 2018 kemarin, misalnya, saya membuat tiga resolusi: traveling ke Kamboja dan Vietnam; menulis satu tulisan setiap hari; dan membeli rumah. Alhamdulillah, dua yang pertama berhasil saya wujudkan, sementara yang terakhir gagal total. Kenapa saya berani merancang resolusi membeli/membangun rumah?

Tahun 2017 merupakan masa-masa paling menggembirakan bagi kreator konten yang mengisi laman Steemit, sebuah platform blogging berbasis blockchain. Banyak cerita sukses dari Steemian (sebutan untuk pengguna Steemit) yang sudah saya dengar. Platform Steemit benar-benar dapat diandalkan sebagai skema mencari penghasilan online, dan ketika itu keberadaan sangat menjanjikan. Soalnya, ada steemian yang mampu menghasilkan hingga Rp1 juta–Rp3 juta dari satu postingan di Steemit. Itulah saat bulan madu kreator konten dengan Steemit sedang menggebu-gebu.

Namun, begitu memasuki 2018, sudah mulai ada tanda-tanda pesona Steemit meredup. Hal itu ditandai dengan mulai anjlok-nya harga Steem/SBD, jenis reward dari aktivitas di Steemit. Selain itu, harga uang kripto seperti Bitcoin mulai stagnan dan menjelang pertengahan tahun harganya mulai turun perlahan-perlahan. Hingga akhir tahun 2018, harga Bitcoin dan mata uang kripto lain terus menukik tajam, berhenti pada angka Rp50 juta per 1 Bitcoin (BTC).

Penurunan harga mata uang kripto ini sangat berpengaruh pada kreator konten di Steemit. Semangat menghasilkan konten mulai menurun dan memudar. Tidak ada lagi gegap-gempita Steemian menggelar MeetUp di berbagai tempat, bikin kontes atau kopdar dalam skala kecil. Bahkan para penganjur dan motivator Steemit pun satu persatu undur diri, entah di mana mereka memilih tempat bersemedi.

Menurunnya harga mata uang kripto dan rendahnya jumlah vote di Steemit membuat pendapatan para Steemian juga menurun. Tidak ada lagi target muluk-muluk dari para kreator. Malah, ada yang mulai pasrah, meniatkan aktivitas menulis di Steemit sebagai medium menabung tulisan. Setidaknya inilah yang saya lakukan selama ini.

Alhasil, target membeli rumah terlepas dari genggaman. Padahal, melihat trend pendapatan dari satu postingan di Steemit tahun lalu, saya berani memasang target tinggi. Sebagai informasi, ketika harga Steem/SBD masih stabil, saya yang kreator pemula mampu menghasilkan Rp500 ribu-Rp1,5 juta dari satu tulisan. Hitung saja berapa yang bisa kita hasilkan sebagai kreator konten jika konsisten memposting 1 tulisan/konten setiap hari. Duh, itu jumlah yang sangat besar untuk seorang blogger yang selama ini mengemis receh dari Google.

Nah, karena sebentar lagi kita memasuki tahun 2019, saya pun mulai merancang resolusi. Kali ini, resolusi saya tidak lagi muluk-muluk, dan saya pikir sangat realistis: meningkatkan trafik blog Aceh Pungo hingga 10.000 pageviews per hari; pendapatan dari Google AdSense $50 per hari; dan traveling bersama keluarga ke Malaysia pada akhir tahun.



Semoga saja resolusi yang tidak seberapa muluk-muluk itu bisa tercapai. Nah, apa resolusi kalian para blogger untuk 2019?

Post a Comment

Previous Post Next Post