Tak diragukan lagi, jika facebook sudah jadi bagian dari aktivitas kita sehari-hari. Di mana saja, situs jejaring sosial yang masih berumur muda menghipnotis para netter, pekerja kantoran, anak baru gede, pejabat, politisi dan hingga ke ibu-ibu rumah tangga. Orang rela duduk berjam-jam di depan internet hanya untuk meng-update status, upload foto, memberikan komentar, menjawab komentar, menulis dan banyak lagi. Hampir tak pernah absen orang bermain facebook, sehingga membuat orang lalai.
Di kota-kota besar (di kota tak besar juga sama, mungkin) seorang ibu rumah tangga tak merasa kesepian jika suaminya telat pulang ke rumah. Malah, kesempatan suami telat pulang ke rumah membuatnya leluasa membuka facebook dan chat dengan teman-temannya. Malah, ada yang mencoba mengisi kesepian dengan mencari gebetan baru, pacar baru (meski sebatas dunia maya). Kondisi ini ditengarai yang menyebabkan perselingkuhan jadi subur. Hah…
Ada teman saya sampai bilang, di facebook sekarang ini banyak terdapat orang-orang yang kesepian. Kesempatan chat dan berkenalan dengan teman baru, membuat hidupnya kembali bergairah, apalagi jika hatinya bisa menerima, dan mampu jadi pelipur lara atas kesepian yang dialaminya.
Facebook benar-benar menyihir warga dunia. Kondisi ini tak terlepas dari reputasi facebook sendiri yang meski baru berumur singkat mampu menjadi kompetitor situs sejenis yang sudah duluan dikenal seperti friendster, multiply, myspace, dan juga twitter. Belakangan twitter menjadi sangat terkenal pasca-bom Mumbai dan juga bom di Hotel JW Marriot dan Ritz-Carlton.
Meski baru muncul tahun 2004 lalu, menurut situs Alexa, facebook kini menjadi rangking keempat (4) di bawah google, yahoo, dan MSN. Terdongkraknya posisi facebook keempat besar sedikit banyak dipengaruhi oleh Barack Obama yang menjadi situs tersebut sebagai media kampanyenya. Belakangan, apa yang dilakukan oleh Obama ditiru para politisi kita, meski mereka kurang aktif dan hanya sekedar setor wajah tanpa diisi dengan program-program kerja dan alasan mengapa kita harus memilih dia.
Saya sempat nongkrong di beberapa warung kopi di Banda Aceh, terutama yang ada wifi, banyak di antara pengunjung membawa laptop, dan setelah kita liat mereka ternyata sedang membuka facebook. Karena facebook bisa juga diakses via Hp sekarang, tak heran jika kita melihat orang-orang senyum sendiri saat memelototi layar Hpnya. Sebenarnya hal ini wajar-wajar saja. Tetapi, yang tak enaknya, saat kita bicara lawan kita ayik ketawa-ketawa sendiri, dan seperti tak memperhatikan kita. Jika kita tanya, mereka menjawab ada komentar lucu atau banyak orang yang memberi komentar di wall-nya. “Eh, baru aku update status sebentar, dah banyak yang kasih komen”, “Hai foto terbaru saya dikomentari, tau ga?”, “Ada cewek yang nge-add saya tuh barusan”, dan banyak lagi.
Akibatnya, komunikasi di dunia nyata menjadi macet. Hal ini juga wajar, karena orang-orang di dunia nyata ‘terkesan’ sombong-sombong, apalagi jika kita terlihat sedikit agresif. Coba anda ingat, berapa kali anda pernah menegur cewek yang kebetulan anda liat di warung kopi, di pusat perbelanjaan, atau di dalam kendaraan umum. Sepertinya jarang sekali. Jika kita menegur orang katakanlah seorang cewek, pasti dikira kita naksir sama dia atau kita akan dianggap sok kenal.
Tapi di dunia maya, orang tidak sombong-sombong dan mau bergaul sama siapa saja. Kita juga tidak sungkan-sungkan menegur orang dan mengajak kenalan. Saat membuka-buka facebook teman, dan banyak cewek cantik pasti kita akan add dia jadi teman kita atau kita ajak kenalan, jika perlu mengirim pesan khusus. Semua menjadi bebas dan terbuka. Jika dalam hubungan selanjutnya banyak cerita yang nyambung bukan mustahil jadi hubungan serius atau minimal menjadi teman akrab di dunia nyata.
Homlah…saya sendiri belakangan memang ketagihan dengan facebook, dan karena mengganggu kerja sempat saya non-aktifkan beberapa kali. Tapi karena terasa ada yang hilang, saya hidupkan lagi. Eh, ternyata kita makin terbenam dalam keasyikan sendiri dengan membuka-buka facebook orang, membalas komen, dsb. Akhirnya, kita jadi tak focus kerja.
Lalu, benarkah facebook menyebabkan mandul? Ah, belum ada penelitian resmi. Namun, ada kawan saya cerita, belakangan dia jadi ‘mandul’ karena tak ada karya baru yang dihasilkan. Waktunya banyak dihabiskan dengan membuka-buka facebook dan menjadi tak bersemangat menulis. Padahal, katanya, dulu dia sangat produktif namun karena terlalu asyik dengan facebook, dia tak sempat lagi menulis. “Saya selalu merasa ketinggalan jauh saat membuka dokumen lama,” katanya. “Dulu saya bisa menulis bagus, dan sepertinya sekarang sudah tak mampu lagi,” lanjutnya.
Itu baru salah satu contoh saja. Mungkin kawan-kawan juga merasa, karena terlalu asyik bermain facebook, banyak kerja yang tidak kelar-kelar. Kita menjadi tak produktif lagi.
Trus, soal mandul benaran, gimana? Kita tunggu saja penelitian para pakar. Siapa tahu, terlalu asyik bermain facebook bisa menyebabkan mandul. Soalnya, kita terlalu lama duduk di depan internet, terkena radiasi, atau mungkin karena lupa makan atau minum. Bukankah itu menjadi alamat untuk mengundang penyakit? Entahlah.
Di kota-kota besar (di kota tak besar juga sama, mungkin) seorang ibu rumah tangga tak merasa kesepian jika suaminya telat pulang ke rumah. Malah, kesempatan suami telat pulang ke rumah membuatnya leluasa membuka facebook dan chat dengan teman-temannya. Malah, ada yang mencoba mengisi kesepian dengan mencari gebetan baru, pacar baru (meski sebatas dunia maya). Kondisi ini ditengarai yang menyebabkan perselingkuhan jadi subur. Hah…
Ada teman saya sampai bilang, di facebook sekarang ini banyak terdapat orang-orang yang kesepian. Kesempatan chat dan berkenalan dengan teman baru, membuat hidupnya kembali bergairah, apalagi jika hatinya bisa menerima, dan mampu jadi pelipur lara atas kesepian yang dialaminya.
Facebook benar-benar menyihir warga dunia. Kondisi ini tak terlepas dari reputasi facebook sendiri yang meski baru berumur singkat mampu menjadi kompetitor situs sejenis yang sudah duluan dikenal seperti friendster, multiply, myspace, dan juga twitter. Belakangan twitter menjadi sangat terkenal pasca-bom Mumbai dan juga bom di Hotel JW Marriot dan Ritz-Carlton.
Meski baru muncul tahun 2004 lalu, menurut situs Alexa, facebook kini menjadi rangking keempat (4) di bawah google, yahoo, dan MSN. Terdongkraknya posisi facebook keempat besar sedikit banyak dipengaruhi oleh Barack Obama yang menjadi situs tersebut sebagai media kampanyenya. Belakangan, apa yang dilakukan oleh Obama ditiru para politisi kita, meski mereka kurang aktif dan hanya sekedar setor wajah tanpa diisi dengan program-program kerja dan alasan mengapa kita harus memilih dia.
Saya sempat nongkrong di beberapa warung kopi di Banda Aceh, terutama yang ada wifi, banyak di antara pengunjung membawa laptop, dan setelah kita liat mereka ternyata sedang membuka facebook. Karena facebook bisa juga diakses via Hp sekarang, tak heran jika kita melihat orang-orang senyum sendiri saat memelototi layar Hpnya. Sebenarnya hal ini wajar-wajar saja. Tetapi, yang tak enaknya, saat kita bicara lawan kita ayik ketawa-ketawa sendiri, dan seperti tak memperhatikan kita. Jika kita tanya, mereka menjawab ada komentar lucu atau banyak orang yang memberi komentar di wall-nya. “Eh, baru aku update status sebentar, dah banyak yang kasih komen”, “Hai foto terbaru saya dikomentari, tau ga?”, “Ada cewek yang nge-add saya tuh barusan”, dan banyak lagi.
Akibatnya, komunikasi di dunia nyata menjadi macet. Hal ini juga wajar, karena orang-orang di dunia nyata ‘terkesan’ sombong-sombong, apalagi jika kita terlihat sedikit agresif. Coba anda ingat, berapa kali anda pernah menegur cewek yang kebetulan anda liat di warung kopi, di pusat perbelanjaan, atau di dalam kendaraan umum. Sepertinya jarang sekali. Jika kita menegur orang katakanlah seorang cewek, pasti dikira kita naksir sama dia atau kita akan dianggap sok kenal.
Tapi di dunia maya, orang tidak sombong-sombong dan mau bergaul sama siapa saja. Kita juga tidak sungkan-sungkan menegur orang dan mengajak kenalan. Saat membuka-buka facebook teman, dan banyak cewek cantik pasti kita akan add dia jadi teman kita atau kita ajak kenalan, jika perlu mengirim pesan khusus. Semua menjadi bebas dan terbuka. Jika dalam hubungan selanjutnya banyak cerita yang nyambung bukan mustahil jadi hubungan serius atau minimal menjadi teman akrab di dunia nyata.
Homlah…saya sendiri belakangan memang ketagihan dengan facebook, dan karena mengganggu kerja sempat saya non-aktifkan beberapa kali. Tapi karena terasa ada yang hilang, saya hidupkan lagi. Eh, ternyata kita makin terbenam dalam keasyikan sendiri dengan membuka-buka facebook orang, membalas komen, dsb. Akhirnya, kita jadi tak focus kerja.
Lalu, benarkah facebook menyebabkan mandul? Ah, belum ada penelitian resmi. Namun, ada kawan saya cerita, belakangan dia jadi ‘mandul’ karena tak ada karya baru yang dihasilkan. Waktunya banyak dihabiskan dengan membuka-buka facebook dan menjadi tak bersemangat menulis. Padahal, katanya, dulu dia sangat produktif namun karena terlalu asyik dengan facebook, dia tak sempat lagi menulis. “Saya selalu merasa ketinggalan jauh saat membuka dokumen lama,” katanya. “Dulu saya bisa menulis bagus, dan sepertinya sekarang sudah tak mampu lagi,” lanjutnya.
Itu baru salah satu contoh saja. Mungkin kawan-kawan juga merasa, karena terlalu asyik bermain facebook, banyak kerja yang tidak kelar-kelar. Kita menjadi tak produktif lagi.
Trus, soal mandul benaran, gimana? Kita tunggu saja penelitian para pakar. Siapa tahu, terlalu asyik bermain facebook bisa menyebabkan mandul. Soalnya, kita terlalu lama duduk di depan internet, terkena radiasi, atau mungkin karena lupa makan atau minum. Bukankah itu menjadi alamat untuk mengundang penyakit? Entahlah.
Tags:
internet